Amerika Tak Berdaya, Turki Caplok Suriah Utara
jpnn.com, ANKARA - Turki akhirnya setuju menghentikan sementara operasi militernya di Suriah bagian utara. Hal itu disepakati dalam pertemuan antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence di Ankara, Kamis (17/10).
Menurut kesepakatan itu, Turki akan diberi otoritas untuk mengontrol zona aman di Suriah utara. Namun sebelumnya, Ankara harus menghentikan semua serangan selama lima hari untuk meberi kesempatan kepada milisi Kurdi keluar dari zona tersebut.
Kesepakatan ini kembali membuktikan bahwa Amerika Serikat tidak mampu menekan Turki. Pasalnya, semua yang disepakati sesuai dengan keinginan rezim Recep Tayyip Erdogan.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyebutkan Ankara mendapatkan apa yang diinginkan. "Ini bukan gencatan senjata - gencatan senjata hanya terjadi antara dua pihak yang sah," katanya saat konferensi pers.
"Saat elemen-elemen teroris seluruhnya meninggalkan zona aman maka kami akan menghentikan operasi," ujar Cavusoglu.
Teroris yang dimaksud Cavusoglu adalah YPG, milisi Kurdi yang menjadi kekuatan dominan di Suriah Utara. Ankara menganggap mereka kelompok teroris yang bersekongkol dengan milisi Partai Pekerja Kurdi (PKK) di Turki. YPG itu sendiri merupakan sekutu utama AS dalam perang membasmi ISIS.
Cavusoglu mengatakan kedua pihak sepakat menyita senjata berat dari YPG dan posisi mereka dihancurkan. Lagi-lagi, hal ini sesuai dengan keinginan Ankara sejak lama.
Bertolakbelakang dengan pernyataan Wakil Presiden AS Mike Pence di Ankara, Cavusoglu menegaskan bahwa Turki tidak menjamin soal Kota Kobani di perbatasan Suriah. Dia menuturkan Turki akan membahas Kota Manbij dan wilayah lainnya dengan Rusia. (ant/dil/jpnn)