ALMISBAT Anggap Pembakaran Bendera HTI Bukan Menghina Tauhid
jpnn.com, JAKARTA - Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (ALMISBAT) mengharapkan insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) tak bergulir menjadi polemik berkepanjangan. Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Nasional (BPN) ALMISBAT Piryadi Kartodihardjo mengatakan, insiden pembakaran bendera itu bergulir menjadi polemik karena ada yang pihak memaksa mengaitkannya dengan iman.
“Pro dan kontra yang timbul di tengah masyarakat sesungguhnya tidak perlu terjadi apabila tidak ada ekstensifikasi yang hiperbolik atau berlebihan atas peristiwa tersebut. Terlebih bila memaksakan kaitan logis pembakaran bendera itu dengan keyakinan agama Islam,” ujar Piryadi melalui siaran pers ALMISBAT ke media, Selasa (23/10).
Piryadi menegaskan, penting untuk membuat publik paham bahwa yang dibakar adalah bendera HTI. “Jadi bukan bendera tauhidnya,” tuturnya.
Pria asal Sragen yang pernah menjadi tahanan politik di era Orde Baru itu menuturkan, ketauhidan adalah keyakinan yang ada di dalam pikiran dan hati akan keesaan Allah SWT. Menurutnya, kalimat tauhid bisa dituliskan dalam media apa pun.
Piryadi Kartodihardjo. Foto: dokumentasi pribadi
Namun, sambung Piryadi, media yang bertuliskan kalimat tauhid tidak layak dianggap sebagai representasi ketauhidan. “Kita tidak bisa dipaksa mengatakan papan tulis tauhid atau mobil tauhid hanya karena ada tulisan lafaz tahlil,” ujarnya membuat tamsil.
Piryadi mengatakan, berdasar informasi dari lapangan, aksi Banser membakar bendera betuliskan kalimat tauhid pada perayaan Hari Santri 2018 di Alun-alun Garut, Senin (22/10) itu sebagai reaksi atas provokasi. Sebab, ada seseorang yang melakukan provokasi dengan mengibarkan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Selain bertujuan untuk mengganggu pelaksanaan peringatan Hari Santri Nasional, provokasi ini juga ingin mencoreng nama baik santri dan ulama,” tegasnya.