An-Noor, Musala Perjuangan bagi TKI di Daejeon, Korsel
Jamaah Bertambah, Yasinan Numpang di GerejaSelasa, 28 Juni 2011 – 08:08 WIB
Aktivitas di An-Noor terus berkembang. Dari tempat ibadah dan kursus, musala kemudian menjadi salah satu sentra bisnis bagi TKI. Mereka mengembangkan bisnis pulsa. Takmir masjid mengoordinasi para pekerja untuk mengedarkan voucher. "Mereka kan bekerja di beberapa pabrik. Di sana, banyak pekerja asing. Karena itu, para pekerja kami titipi pulsa khusus sambungan internasional," terangnya sembari menunjukkan tumpukan voucher pulsa dengan beraneka ragam gambar.
Bisnis kecil-kecilan itu mulai membuahkan hasil. Setiap bulan, omzet bisnis pulsa yang dikelola TKI mencapai keuntungan 500 ribu won atau sekitar Rp 4,25 juta. Keuntungan tersebut digunakan untuk menutup biaya sewa gedung dan operasional musala.
Para TKI kreatif itu belum puas. Mereka terus berjuang meningkatkan taraf hidup. Para pekerja tersebut bergairah untuk mendapatkan gelar sarjana. Karena itu, muncul gagasan untuk kuliah jarak jauh melalui Universitas Terbuka (UT). Harapannya, setelah pulang dari Korsel, mereka bisa memperoleh banyak keuntungan. Dapat modal plus pengalaman sekaligus titel.
Lagi-lagi, para TKI yang dibantu mahasiswa tersebut harus melalui jalan terjal. Namun, setelah setahun berjuang, para TKI akhirnya bisa kuliah. Tahun ini, para TKI yang menjadi mahasiswa UT mencapai 326 orang. Selain Daejeon, perkuliahan dilakukan di kota Busan, Ansan, Daegu, dan Seoul. Mereka kuliah di jurusan manajemen, bahasa Inggris, dan ilmu komunikasi.