Anak Pejabat, Hardi dan Fitri Sukmawati Cari Uang Sendiri
Ingin tampil beda, Hardi sengaja memilih sendiri biji kopi yang akan diolah. Bahan bakunya diambil langsung dari petani kopi di Jawa Barat, Flores NTT, dan lainnya.
Hasilnya, Kopi Hardi memang beda dengan lainnya. Dengan komposisi 70 persen Arabica dan 30 persen Robusta, Kopi Hardi memang sangat khas. Tak heran belum sampai 4 bulan, Hardi bisa menjual 700 botol kopi susu. Per botolnya, Hardi memasang harga Rp 24 ribu.
"Tahap awal saya produksi kopi susu yang langsung konsumsi. Enggak nyangka juga penggemarnya banyak, makanya pengunjung Kafe Kopi Hardi di Karawaci minta agar bisa didaftarin di Gofood. Insyaallah kami daftarin biar yang lain bisa menikmati Kopi Hardi," ujar pria yang sehari-harinya sebagai ketua harian Yayasan Pandu Pertiwi.
Melihat besarnya minat akan kopinya, Hardi pun berencana memproduksi dalam bentuk sasetan. Itupun produksinya terbatas karena personilnya hanya lima. Hardi beralasan, kopi produksinya harus terjaga kualitasnya. Itu sebabnya dia belum berani memproduksi besar-besaran.
Untuk proses pemilihan biji kopi hingga pengolahan, Hardi sangat selektif. Tidak banyak tangan yang dipercayakan.
"Saya enggak mau pelanggan kecewa. Sekarang banyak yang kepincut Kopi Hardi, ini harus dijaga. Kalau saya bilang Kopi Hardi jauh lebih enak daripada kopi bermerek karena produksi kami memang biji kopi pilihan dan bukan ampas kopi," bebernya.
Cita rasa tinggi Kopi Hardi juga diakui para pengunjung. Inung Kurnia menyebutkan Kopi Hardi memang beda dan sangat enak. "Lasagnanya itu loh enak banget dan memang beda. Harga Rp 24 ribu per botol murah untuk ukuran kopi seenak ini," ujar penggemar kopi ini.
Kafe Kopi Hadi di Karawaci berdampingan dengan toko brownies. Pemiliknya adalah adik Hardi, Tri Fitri Hardi. Sama seperti kakaknya, Fitri enggan jadi PNS. Dia lebih memilih jadi pengusaha kue dan kecantikan.