Anak Perlu Dukungan Psikososial dalam Menghadapi Situasi Wabah Covid-19
Kreativitas orang tua dalam berinteraksi juga mempengaruhi mental anak-anak untuk tetap ceria dan mau bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Orang tua
juga didorong untuk menggunakan kata-kata positif dalam menjelaskan situasi terkait pandemi, sehingga anak tidak merasa stres karena tidak aman.
Lingkungan berikutnya adalah sekolah, di mana guru sebagai lingkungan paling dekat di luar orang tua berperan penting dalam menjaga psikososial anak. Perlunya guru tetap hadir menyapa melalui media daring membuat anak merasa terus diperhatikan.
Guru harus terus menjalankan perannya secara profesional, personal dan sosial. Di sini guru dituntut untuk adaptif dalam mengantarkan materi edukasi dan stimulasi terhadap anak usia dini dengan memanfaatkan teknologi.
Dukungan untuk psikosial psikososial anak selanjutnya adalah dari masyarakat. Seiring mudahnya akses informasi, masyarakat luas memiliki peran untuk menyebarkan informasi posistif terkait Covid- 19.
Informasi yang salah turut mempengaruhi psikologis orang tua dan pengasuh, hingga pada akhirnya berdampak pada pengasuhan anak.
Peran berikutnya diemban oleh pemerintah sebagai otoritas pembuat kebijakan terkait penanganan dampak psikososial akibat pandemi Covid-19.
Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Covid-19 sebagai pedoman bagi seluruh tenaga kesehatan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan melibatkan masyarakat selaku pekerja sosial dan pasien, keluarga pasien dan komunitas di sekitarnya.
Adanya sinergi yang baik dari orang tua, sekolah atau guru, masyarakat, dan pemerintah, diharapkan bisa meminimalkan dampak pandemi, juga bisa menjaga dan mengembangkan aspek psikososial bagi bagi anak usia dini. (flo/jpnn)