Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Analisis Pangi Soal Pilkada, Cukong dan Penguasa Disentil

Jumat, 18 September 2020 – 16:03 WIB
Analisis Pangi Soal Pilkada, Cukong dan Penguasa Disentil - JPNN.COM
Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Foto: Dokpri for JPNN.com

Merdeka itu mahal sahabat sehingga sulit betul menjadi kepala daerah yang tidak tersandera kepentingan dan agenda cukong. Lebih berbahagia dan berkelas, Kepala daerah yang mencintai rakyatnya dan rakyat mencintainya, ini amatlah langka.

Yang merusak kualitas demokrasi kita adalah, duit pas-pasan maju menjadi calon kepala daerah. Lalu cari sponsor atau cukong, lalu bicara belum balik modal, ketika hampir 4 tahun menjabat kepala daerah dengan gaji 10 juta, akhirnya stres. Modal kampanye belum balik, sehingga pada akhirnya berfikir jalan pendek dan singkat untuk melakukan korupsi. Ini yang membuat banyak kepala daerah kita tersandera kasus korupsi.

Memang, mahar politik sulit dibuktikan namun bisa dirasakan, karena terjadinya persekongkolan jahat antara pengusaha dengan penguasa, yang mana penguasa  butuh modal  kampanye pilkada namun dompet kere, pada saat yang sama pengusaha butuh kemudahan izin untuk usaha. Kawin silang antara penguasa dan pengusaha, konflik interest.

Mungkin pilkada di tengah Pandemi Carona bisa paket hemat, karena terbatas kampanye face to face menemui komunitas dan konstituen secara langsung. Lebih banyak bentuk kampaye daring, mobile campaign, kampanye berbasis media sosial berupa main di udara, kampanye berbasis digital dan online.

“Mereka berani gelontorkan 20 persen modal kampanye, nanti ketika jagoannya menang, mereka punya MoU, dapat izin tambang denagn mudah untuk mengeksplorasi sumber daya alam seperti tambang, batu bara, minyak, gas, mineral dan lain-lain yang di daerah tersebut, bandar politik bisa memperoleh keutungan 80 persen. Sementara mereka hanya mengelontorkan 20 persen saja di awal sebagai modal kampanye untuk calon kepala daerah yang didanai cukong tersebut,” katanya.

Pangi mengingatkan tidak ada makan siang gratis (no free lunch). Ujung dari bantuan modal kampanye dari cukong tadi adalah bagaimana izin yang mudah didapatkan pengusaha (pemodal) tetap cukong dan bandar politik untung besar.

Sementara yang tertinggal adalah kerusakan alam, sisa penambangan, kerusakan alam, rakyat di daerah tersebut tetap tidak berubah, tetap saja miskin. Pemodal dan cukong yang tetap menang. Lagi-lagi rakyat yang dirugikan.(fri/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

Mahar politik sulit dibuktikan namun bisa dirasakan, karena terjadinya persekongkolan jahat antara cukong atau pengusaha dengan penguasa.

Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close