Andi Arief: Prabowo Harus Sabar Hadapi Media Pro Jokowi
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief menyarankan calon presiden Prabowo Subianto untuk lebih sabar menghadapi media yang dianggap tidak objektif, khususnya saat memberitakan Reuni 212 di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Minggu (2/12) lalu.
Prabowo geram lantaran nyaris tidak ada media arus utama yang memberitakan momentum itu.
Andi pun membandingkan, di era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), apa pun demonstrasi tidak pernah dilarang. "Presiden dari TNI memberi jalan pers sebebas-bebasnya. Mungkin Pak Prabowo kesal kok di zaman presidennya sipil seperti sekarang kok pers bisa set back," kata Andi di Jakarta, Kamis (6/12).
Dia menilai, Prabowo harus lebih tenang menghadapi gejala set back pers Indonesia. "Saya bisa memahami kemarahannya, tapi saya kira inilah saatnya bijaksana menghadapi situasi seburuk apa pun. Keadaan memang tidak normal di bawah Presiden Jokowi," ujar mantan staf khusus presiden era SBY ini.
Jika banyak media bersikap pro atau dukung Jokowi, menurut Andi, masih ada upaya lain yang bisa ditempuh. Salah satunya menggunakan agresivitas pengguna sosial media, minimal yang 13,4 juta pengguna.
"Bukankah masih ada 13,4 pemegang HP yang hampir semua bersosial media," katanya.
Dulu era pemerintahan Soeharto, kata Andi, semua media tidak berdaya menghadapi selebaran dan pionir internet. Di Iran, pemerintahan otokrasi ketika tahun 1979, tumbang dikalahkan oleh revolusi dengan xeroxisasi.
Xeroxisasi ini maksudnya adalah perlawanan Ayatullah Khomeini terhadap penguasa tirani Iran dari pengasingan di Prancis melalui pidato, ceramah, atau khotbah, yang selanjutnya diperbanyak dengan mesin foto kopi merek Xerox dan simpatisannya disebarluaskan ke seantero negeri Iran.