Aneh, PSBB tetapi Jalanan dan Restoran Malah Ramai
"Saya paham para sopir taksi dan ojol ini pasti terpaksa kerja karena butuh uang tetapi kan tidak harus berkerumun gitu. Apalagi ada yang enggak pakai masker. Anehnya lagi, masyarakat malah berkerumun juga di restoran siap saji," tuturnya.
Senada dengan Prijanto, karyawan swasta lainnya yang tinggal di kawasan Lebak Bulus, Budi juga mempertanyakan kebijakan PSBB. Seharusnya dengan PSBB, kondisinya lebih sepi dibandingkan dua pekan terakhir di bulan Maret.
"Sejak 1 April tuh sudah ramai lagi kayak seperti biasa. Buat apa PSBB kalau jalanan masih ramai dan orang banyak berkumpul," ucapnya.
Dia menilai bantuan Pemprov DKI Jakarta kepada masyarakat agar tetap tinggal di rumah, sia-sia saja. Sebab, warga DKI masih saja keluar rumah.
"Kalau begini sama saja buang uang. Buat apa bikin aturan dan kasi bantuan kalau masyarakatnya tidak disiplin. Apakah bantuannya tidak mereka terima atau jumlahnya kurang. Mending tidak ada PSBB karena toh jalanan masih ramai kayak ini. Hanya sebagian masyarakat yang takut ke luar, sementara lebih banyak yang malah keluar rumah," tandasnya.
Baik Prijanto maupun Budi mengimbau pemerintah bersikap tegas akan kebijakannya. Jangan sampai masyarakat bingung.
"Saya sudah sebulan WFH, cuma karena ada urusan terpaksa keluar makanya kaget lihat kok ramai banget," tandas Budi.(esy/jpnn)