Anggap Jokowi Moncer karena Jadi Antithesa SBY
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, menilai tujuh kriteria calon pimpinan nasional yang disodorkan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menyiratkan agar pada pemilihan presiden (pilpres) mendatang pemilih tak lagi memilih figur seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pasalnya, kriteria yang disodorkan Din merupakan bentuk antithesa bagi SBY.
Menurut Ari, ketidakpuasan atas kepemimpin SBY menggiring publik untuk mencari pemimpin yang berani mengambil risiko (risk taker), punya kemampuan mengambil keputusan dan tidak gemar berwacana. "Jadi wajar ketika ada figur yang punya kriteria antithesa kepemimpinan SBY, sangat diharapkan publik," kata Ari saat dihubungi, Kamis (31/10).
Doktor ilmu politik yang pernah meneliti pembiayaan partai itu menambahkan, ada sejumlah kepala daerah yang mendekati kriteria calon pemimpin sebagaimana versi PP Muhammadiyah. Misalnya ada Gubernur DKI Joko Widodo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, serta Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
"Tiga orang pemimpin ini punya "panggung" untuk membuktikan kepemimpinnya. Sehingga kinerjanya bisa terlihat jelas dari perubahan yang mereka lakukan, bukan lagi sebatas yang mereka wacanakan," ujarnya.
Meski demikian Ari mengakui, figur Joko Widodo alias Jokowi memang lebih diharapkan publik untuk membawa transformasi pada gaya kepemimpinan nasional saat ini. Hal itu bisa terlihat dari berbagai survei yang menempatkan Jokowi memiliki tingkat keterpilihan (elektabilitas) tertinggi dibanding tokoh-tokoh lainnya. "Jokowi memilki tipe kemimpinan antitesa dari kepemimpinan SBY," ulas Ari.
Sebelumnya Din menyatakan, ada tujuh kriteria calon pimpinan nasional untuk membawa Indonesia ke depan. Menurutnya, kriteria utama pemimpin mendatang adalah figur yang memiliki komitmen kebangsaan dan kemanusiaan yang kuat.
Kriteria lain yang disodorkan Din adalah figur yang mampu menjadi solidarity maker karena Indonesia memiliki keragaman agama, budaya, suku dan golongan. Selain itu, pemimpin mendatang harus berani mengambil risiko demi kesejahteraan rakyat.
Yang tak kalah penting adalah kriteria sebagai pemecah masalah yang mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Din juga menyodorkan pentingnya pemimpin mendatang punya integritas moral yang tinggi sehingga tidak korupsi maupun menyalahgunakan kewenangan.