Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Angger Dimas, Disc Jockey Indonesia Nomor Wahid Asia

Tomorrowland dan Kisah Kedinginan di Amerika

Rabu, 19 November 2014 – 00:00 WIB
Angger Dimas, Disc Jockey Indonesia Nomor Wahid Asia - JPNN.COM
RANCAK: Angger Dimas saat beraksi meracik lagu. Foto: Allaf Dzikrillah/Jawa Pos

Angger turut tampil dalam klip video lagu tersebut. ’’Pas itu mengenakan topi serigala dan scarf hitam putih sambil bilang beat down terus-terusan,’’ terang sulung dua bersaudara tersebut lantas tergelak.

Pada 2013, Angger juga mempromosikan album pribadinya, Angger Management. Total, selama lima tahun sejak 2009, Angger telah 17 kali melakukan tur internasional. Yakni, tujuh kali di Australia, lima kali di Eropa, dan lima kali di AS.

Angger juga kerap tampil dalam event Tomorrowland, acara besar pencinta musik elektronik di seluruh dunia yang diadakan di Boom, Belgia. Nama Angger makin dikenal setelah DJ Ranking menempatkannya di posisi ke-137 sebagai DJ terbaik dunia dan nomor wahid di Asia.

’’If Nasi Goreng, the mash up of rice, egg and vegetables is Indonesia’s nation food dish then DJ and Angger represents Indonesia’s national music dish with his mash up of chopped beats and pumping synths that are topped off with some Dutch inspired spicy sounds!’’

Itulah kalimat atau slogan andalan Angger di setiap akun profil miliknya. Melalui EDM, dia memang berusaha membawa nama Indonesia ke dunia internasional.

Meski berprestasi, sarjana hukum lulusan Universitas Padjadjaran tersebut memilih tetap low profile. Angger juga menolak senioritas dalam bermusik elektronik. ’’Karena itu, saya sangat menghargai siapa pun yang terjun ke dunia EDM,’’ papar Angger.

Dia mencatat, ada hal yang menggembirakan dalam perkembangan EDM di Indonesia. Menurut dia, EDM yang dulu hanya dikenal kalangan berumur 20 tahun ke atas kini sudah merambah anak-anak muda. EDM kini juga mulai tidak identik dengan kehidupan malam dan narkotika, melainkan sudah merambah ke tarian modern seperti break dance.

’’Adik saya yang umur 14 tahun pernah merengek minta dikenalin sama Steve Aoiki. Rupanya, dia sangat menyukai Steve. Nah, pikir saya, ini anak umur segini udah seneng EDM. Saya dulu seumuran dia masih nge-fans Muse (band alternatif asal Inggris),’’ ujar Angger.

Hengkang dari gitaris sebuah band indie pada 2008, Angger secara otodidak mempelajari electronic dance music (EDM) yang belum populer kala itu. Hasilnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close