Anggota Asli Meninggal, Diteruskan Ahli Waris
Sebelum pesawat yang disewa pemerintah Indonesia untuk mengangkut jamaah haji kloter 1 Banjarmasin tersebut mendarat di Bandara Katunayake, Kolombo, awak pesawat mengumumkan agar penumpang mengikatkan sabuk pengaman. Sejurus kemudian, lampu di sepanjang kabin meredup. Syahril meminta pramugari tetap menyalakan lampu di bangkunya agar dirinya tetap bisa membaca Alquran.
Pesawat itu terbang dari Jeddah dengan tujuan Surabaya, namun harus transit di Kolombo untuk pengisian bahan bakar dan pergantian kru. Syahril duduk di deretan kursi nomor 29. Sang istri duduk di sebelah kanannya. Di sebelah kiri Syahril ada jamaah lain yang akhirnya tewas dalam kecelakaan tersebut.
Beberapa saat sebelum landing, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dan pesawat terguncang hebat. "Saya kira pesawat salah mendarat atau roda pesawat pecah," kenang pria yang memiliki enam anak dan sembilan cucu tersebut.
Perkiraan Syahril tepat. Pesawat yang seharusnya mendarat di atas landasan ternyata menyasak kebun kelapa yang berjarak 4 kilometer di luar bandara. Laju pesawat tidak terkendali. Membabat kurang lebih 200 pohon kelapa sebelum akhirnya berhenti.
Kepanikan terjadi di dalam pesawat. Asap hitam pekat memenuhi kabin. "Saya melihat tepat di atas pintu darurat menetes cairan timah panas dan api," kata pensiunan TNI-AD pada 2003 tersebut.
Syahril mengisahkan, penumpang di depannya berhamburan ke belakang. Sebaliknya, penumpang di bagian belakang malah berebut lari ke depan. Syahril dan istri terjepit di tengah-tengah para penumpang yang panik tersebut.
Di tengah kepanikan itu Syahril tidak kehilangan akal. Dia berusaha memecahkan kaca jendela dengan memukulkan kamera. Sayang, usaha itu gagal. Syahril hanya bisa pasrah. "Saya ajak istri berdiri seperti orang salat dan bersyahadat," ucapnya.
Dia melihat sayap pesawat memerah karena panas. Syahril khawatir pesawat meledak. Dia lantas mengajak sang istri berlari ke bagian belakang untuk mengurangi risiko. "Setidaknya mayat kami masih bisa dikenali," ujarnya.