Angka- angka seputar Opening Asian Games 2018, Oh Ternyata
jpnn.com - Rasa bangga atas sukses dan gemerlapnya opening ceremony Asian Games 2018 pekan lalu (18/8) belum bisa sirsa. Semua itu berkat sosok-sosok kreatif yang mengeluarkan segala daya upaya demi kesuksesan acara tersebut.
---
IDE menampilkan tarian pembukaan Ratoh Jaroe dicetuskan Denny Malik. Koreografer 55 tahun itu ingin memberikan sebuah pembukaan yang dinamis, modern, tetapi tetap mengandung budaya Indonesia. Begitu digandeng Wishnutama, creative director opening Asian Games 2018, Ratoh Jaroe langsung muncul di benaknya.
Tarian yang diciptakannya itu bernama tari Garis Indonesia. ’’Inspirasi gerakannya dari Ratoh Jaroe,” jelas Denny saat ditemui di FX Lifestyle X’nter, Senayan, Kamis lalu (23/8). Dia ingin menampilkan tarian yang energik serta melambangkan spirit persatuan dan kesatuan.
Begitu idenya disetujui, pelantun Jalan-Jalan Sore itu langsung mengonsep gerakan baru. Dia memasukkan sedikit gerakan layaknya orang salat di tarian.
Konfigurasi atau formasi penari jika dilihat dari atas didesain agar membentuk pola kain tenun Indonesia. Sebagai sentuhan akhir, Denny menyusun agar konfigurasi membentuk bendera Indonesia.
Selain koreografi tari Garis Indonesia, Denny merancang tarian untuk segmen water dan wind. ’’Yang tampil juga anak-anak SMA terpilih. Jumlahnya hampir 500 penari,” tambah Denny. Sementara itu, di segmen wind, Denny meminta 10 penarinya untuk tampil membawakan tari Pakarena dari Sulawesi Selatan dan kontemporer.
Dia harus membuat desain atau blueprint formasi di atas kertas selama dua minggu. Kemudian, dia melatih 40 penari intinya selama sebulan. Bisa dibilang, 40 penari inti tersebut menjadi asistennya. Setiap asisten mendapat koreografi berbeda sesuai formasi yang akan ditampilkan.
Ke-40 asisten inilah yang melatih sekitar 2.200 siswi 18 SMA di Jakarta yang terpilih lewat audisi. Agar prosesnya semakin cepat, para pelajar yang punya pengalaman menari juga diminta membantu. Mereka bertugas mengajari temannya agar koreografi semakin cepat dikuasai.
Setelah empat bulan, mereka berlatih terpisah. Satu setengah bulan sebelum hari H, semua penari dikumpulkan untuk berlatih bersama. Awalnya, mereka berlatih di Lapangan ABC, Senayan, sebelum akhirnya berlatih di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).