Anis Matta: KH Sahal Membuat Fikih tak Menyeramkan
jpnn.com - JAKARTA - Indonesia kehilangan ulama besar. KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh wafat pukul 01.05 dini hari tadi di usia 78 tahun. Duka karena kepergian Rais Aam PBNU ini tak hanya dirasakan para nahdliyin, tetapi juga pada beberapa kalangan politisi.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta mengaku sangat kehilangan. Ia menuturkan, mengenal dekat ketua Majelis Ulama Indonesia sejak lama.
"Sumbangsih terbesar KH Sahal, yakni mentransformasi pemikiran tentang fikih yang tidak lagi terbatas berkutat pada masalah halal-haram, tetapi juga menggali makna sosial dari ajaran fikih," kata Anis Matta, Jumat (24/1).
KH Sahal kata Anis telah membuat fikih tidak menyeramkan, bahkan dapat menjadi tuntunan praktis bagi masyarakat awam. "Tentu setiap orang wajib berusaha mencari referensi yang baik ketika ingin memahami masalah agama, tapi juga jangan dibuat rumit. Itu spirit dan sikap Kyai Sahal yang saya tangkap dari pernyataan-pernyataan beliau selama ini," tambah Anis.
Ketika menerima penghargaan gelar doktor honoris causa dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003, KH Sahal mengatakan bahwa para pengkaji dan pengembang fiqh dituntut memiliki wawasan tentang dimensi etik dan formal legalistik fiqih. Dua dimensi ini harus diletakkan secara proporsional agar pengembangan fiqih benar-benar sejalan dengan fungsinya yakni sebagai pembimbing sekaligus pemberi solusi atas permasalahan kehidupan praktis, baik individu maupun sosial. (aci)