Antisipasi Antusiasime Pemilih Di Dalam Negeri, KPU Diminta Fleksibel
Sebelumnya kasus pencoblosan di Malaysia juga diwarnai kekisruhan serupa, Pembatalan 225 TPS yang tersebar di 89 titik lokasi membuat massa pemilih terkonsentrasi di 3 titik lokasi pencoblosan yakni di KBRI Kuala Lumpur, Wisma Duta (Kediaman Dubes) dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).
Abdul Rahman, seorang WNI yang berdomisili di Selangor, Malaysia menuturkan petugas PPLN di Kuala Lumpur lamban mengantisipasi membludaknya pemilih.
"Kondisi pengawalan yang kurang siap, terjadilah antrian yang lama hingga mendorong kericuhan. Sebagian warga yang tidak sabar juga memilih tidak menggunakan suaranya alias golput." kata aktifis perlindungan buruh migran tersebut.
Abdul Rahman mengatakan pemberitahuan pembatalan ratusan TPS yang mendadak ini membuat kubu 1 sangat dirugikan.
"Pemberitahuan mendadak membuat banyak pendukung 01 yang tidak bisa datang ke 3 TPS yang ditentukan karena lokasi mereka jauh. Sementara kubu 02 melakukan mobilisasi pendukung dengan menyediakan bus yang akan mengantar mereka ke lokasi TPS sejak jauh-jauh hari," tambahnya
Antusiasme warga tinggi
Tingkat partisipasi warga dalam pemilu 2019 kali ini tampak meningkat dibandingkan dengan pemilu 2013 lalu. Di beberapa negara seperti tingkat partisipasi bahkan ada yang mencapai 100% di Korea Utara dan 95% di Budapest Hongaria.
Di Belanda, warga yang menggunakan hak suaranya naik 2 kali lipat dibandingkan pilpres 2014 lalu.
Polarisasi dan sengitnya pertempuran kedua kubu capres dan cawapres yang berlangsung did alam negeri diakui sangat besar pengaruhnya dalam mendorong kesadaran politk WNI. Seperti dituturkan Rina Fadhilah yang sudah bekerja di Hong Kong sejak 2013 lalu.