Antisipasi Calon Tunggal di Pilpres 2019
Meski demikian, Dodi memprediksi capres tunggal tidak terjadi pada Pemilu 2019. Sebab, dia melihat banyak orang, khususnya yang duduk di ketua umum partai politik, yang ingin mencalonkan diri. ’’Di luar partai pun banyak yang ingin jadi capres,’’ imbuhnya.
Sedikitnya calon dalam dua pemilu terakhir, menurut dia, tidak disebabkan minimnya minat seseorang menjadi presiden. Melainkan disebabkan elektabilitasnya yang rendah.
Selain itu, lanjut dia, potensi peniadaan presidential threshold (PT) sebagai konsekuensi pemilu serentak bisa mendongkrak semangat politisi untuk maju dalam kontestasi. Mengingat, akses untuk maju pada pilpres semakin terbuka.
Secara pribadi, Dodi menilai PT memang sudah tidak relevan untuk diterapkan. Sebab, jika diterapkan, hal itu tidak sesuai dengan semangat keserentakan.
’’Kalau threshold didasarkan pada kursi dan perolehan suara pemilu lima tahun sebelumnya, itu tak mencerminkan data distribusi suara yang paling mutakhir,’’ tuturnya.
Hingga awal 2017 ini, nama-nama yang diprediksi dalam kontestasi RI-1 belum banyak muncul. Praktis, hanya Jokowi (Golkar, Hanura) dan Prabowo Subianto (Gerindra) yang sudah digadang-gadang partai pendukungnya. Di luar itu, hanya ada nama Hary Tanoesoedibjo dengan partai barunya, Perindo. (lum/far/c19/fat)