Antre Semen sebelum Menyalip di Tikungan
Senin, 09 April 2012 – 00:36 WIB
Tentu kita tidak boleh terlalu menyalah-nyalahkan mengapa dulu kita melakukan "jual-jual-jual". Kala itu negara kita memang lagi sangat lemah. Krisis ekonomi yang berat pada 1998 membuat pemerintah tidak memiliki anggaran untuk menjalankan roda pemerintahan. Negara dalam keadaan terancam. Seluruh APBN kita, waktu itu, hanya Rp 300 triliun. Alangkah kecilnya. Hanya sama dengan anggaran pendidikan kita pada 2012 sekarang ini. Atau hanya sedikit lebih tinggi daripada anggaran subsidi yang kita hebohkan dua minggu lalu.
Kini dengan kemampuan pemerintah yang begitu kuat (tahun lalu ekonomi Indonesia sudah mengalahkan ekonomi Belanda), dengan APBN yang sudah Rp 1.500 triliun, dengan aset BUMN yang Rp 3.000 triliun, privatisasi BUMN hanya boleh dilakukan melalui pasar modal.
Saya pun akan terus mendorong BUMN untuk masuk pasar modal. Agar pengelolaan BUMN lebih transparan, lebih terbuka, lebih akuntabel. Siapa tahu, dengan cara ini, kapitalisasi pasar modal kita pun tidak lama lagi sudah bisa mengalahkan Singapura! Kalau bisa, paling lambat tahun depan!