Apa dan Siapa di Koin Rp 500?
"Saya," tulis T.B. Simatupang dalam buku Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, "teringat kepada perdebatan-perdebatan yang sering saya alami selama pelajaran-pelajaran sejarah di Christelijke AMS di Salemba. Guru Sejarah Meneer Haantjes…"
Tidak hanya itu. Meneer Hantjes juga mengatakan, bahwa penduduk Hindia Belanda tidak mungkin membangun tentara yang modern untuk mengalahkan Belanda. Sebab, secara fisik tidak memungkinkan menjadi tentara yang baik.
"… soldiers that could form a strong and modern army to defea the Dutch. I argued emotionally that, in this way, Meneer Haantjes was participating in spreading the myth," tulis T.B. Simatupang dalam buku The Fallacy of a Myth.
Karena mendebat Meneer Hanntjes, dia pernah diusir dari kelas. Bahkan mendapat teguran dari Direktur AMS, Meneer de Haan, "upayakan tidak menyakiti hati orang lain dalam mengemukakan pendapat."
Tentara "Balik Meja"
"Dendam" itu membawanya jadi tentara. Lulus dari AMS pada 1940, ia masuk Koninklijke Militaire Academi (KMA), pendidikan untuk anggota Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) di Bandung.
Seiring kedatangan Jepang pada 1942, sekolah milter ala Belanda itu pun tutup. Simatupang keluar dari KMA sebagai perwira muda--seletingan dengan Urip Sumohardjo, A.H. Nasution dan Alex Kawilarang.
Pendek kisah, setelah proklamasi 17 Agustus 1945, Pak Sim--demikian dia biasa disapa--bergabung dengan Tentara Republik Indonesia dengan pangkat Kapten.