Arab Saudi Berangus Pengaruh Ikhwanul Muslimin di Pendidikan
jpnn.com, RIYADH - Kelompok Ikhwanul Muslimin seolah sudah menjadi momok bagi penguasa di Kerajaan Arab Saudi. Bahkan, pemerintah di negeri kaya minyak itu akan membenahi kurikulum pendidikan demi memberantas pengaruh Ikhwanul Muslimin.
Tak hanya itu, Kementerian Pendidikan Arab Saudi juga akan memecat siapa pun di sekolah ataupun perguruan tinggi yang terkait dengan kelompok terlarang itu. Selanjutnya, pemerintah Arab Saudi akan mempromosikan Islam moderat sebagaimana rencana putra mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) untuk memodernkan kerajaan Dinasti al-Saud itu dari kekolotan.
“Kementerian Pendidikan sedang bekerja untuk memerangi ideologi-ideologi ekstrem dengan mengkaji ulang kurikulum sekolah dan buku-buku untuk memastikan bahwa itu semua tidak mencerminkan agenda Ikhwanul Muslimin yang telah dilarang,” ujar Menteri Pendidikan Arab Saudi Ahmed bin Mohammad al-Isa.
Dia menambahkan, kebijakan mengikis pengaruh Ikhwanul Muslimn tidak hanya melalui pelarangan buku-buku di sekolah ataupun universitas. Sebab, pihak-pihak yang bersimpati terhadap Ikhwanul Muslimin ataupun ideologinya pun akan disingkirkan dari lembaga pendidikan.
Awal bulan ini Pangeran MBS dalam sebuah wawancara menyatakan, sekolah-sekolah di Arab Saudi telah diinvasi oleh elemen-elemen Ikhwanul Muslimin. Otoritas Arab Saudi telah menempatkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris seperti Al-Qaeda ataupun ISIS.
Pangeran yang akan genap menginjak usia 32 pada 31 Agustus mendatang itu telah mengambil langkah-langkah untuk melonggarkan pembatasan kehidupan sosial yang sangat ketat di Arab Saudi. Pangeran MBS juga mengurangi peran polisi syariah, mengizinkan pertunjukan musik di depan umum, serta membolehkan para perempuan mengemudi.
Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi yang didirikan Hassan al-Banna di Mesir pada 1928. Kelompok politik itu berkembang di kawasan Timur Tengah dengan mendorong reformasi melalui pemilihan umum.
Namun, Ikhwanul Muslimin ditekan di Mesir, Suriah dan Irak hingga para pengikutnya melarikan diri ke Arab Saudi. Ternyata beberapa aktivis Ikhwanul Muslimin mampu duduk di jabatan penting di sektor pendidikan di Arab Saudi.