Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

ART Bicara Puja-Puji untuk Jokowi & Lengsernya Soeharto

Jumat, 03 September 2021 – 22:20 WIB
ART Bicara Puja-Puji untuk Jokowi & Lengsernya Soeharto - JPNN.COM
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

"Mereka abai terhadap siapa diri mereka dan peran apa yang seharusnya mereka mainkan di kantor tempat kepala negara sekaligus kepala pemerintahan bekerja," ujar pria kelahiran Palu, Sulawesi Tengah itu.

Rachman lantas bertanya-tanya, show off kesolidan antara Presiden Jokowi dan sebatas para parpol pendukungnya itu ditujukan kepada siapa? Sebab, tidak relevan jika itu ditujukan ke parpol oposisi yang cuma dua partai saja.

"Ditambah DPD RI yang terus berikhtiar merepresentasikan rakyat dengan sesungguhnya, jumlah mereka (opsisi, red) tetap kalah dibandingkan para parpol yang hadir di Istana," lanjut Rachman.

Mantan anggota LItbang DPP PPP itu kemudian terkenang masa menjelang tumbangnya orde baru atau orba, ketika sekian kelompok menemui Presiden Soeharto dan mengeklaim membawa pesan rakyat yang menginginkan Pak Harto menjabat kembali sebagai presiden.

"Angin sejuk bagi penguasa. Status quo berkelanjutan, seiring dilantiknya Pak Harto sebagai presiden untuk periode berikutnya. Tetapi angin langsung berbalik arah. Ombak tsunami menggulung, kapal penguasa pun binasa," tutur anggota Komite I DPD itu.

Pelajarannya, lanjut mantan anggota HMI itu, kubu status quo tidak akan pernah menang melawan kubu progresif. Mereka yang ingin memanjang-manjangkan masa kekuasaan, termasuk lewat pengunduran jadwal pemilu dan perpanjangan periode jabatan presiden, pada akhirnya akan ditaklukkan oleh mereka yang ingin Indonesia dipimpin oleh sosok yang lebih kompeten dan berwatak negarawan.

Rachman menyatakan bahwa parpol oposisi memang hanya tinggal dua, tetapi jangan sepelekan apalagi lupakan Fraksi DPD di MPR RI yang berada pada posisi progresif dengan fatsun politik yang berporos pada etos kenegaraan-kebangsaan, bukan kekuasaan.

"Saya mengamini perkataan bijak. Bahwa sebaik-baiknya teman adalah dia yang membawakan cermin bagimu, dan seindah-indahnya bingkisan adalah kritik yang dibingkiskan untukmu," tandas Abdul Rachman Thaha. (fat/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

Abdul Rachman Thaha (ART) komentari puja-puji elite parpol koalisi kepada Jokowi yang mengingatkannya pada masa jelang lengsernya Soeharto.

Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News