Asa Persis Solo, Jejak Jokowi dan Kiprah 2 Anak Presiden
Memang kembalinya Persis Solo ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola tanah air membuka asa tim asuhan Eko Purdjianto itu merengkuh kejayaannya lagi seperti pada masa lalu.
Gondrong menyatakan keberhasilan Persis Solo meraih tiket ke Liga 1 2022-2023 menjadi kado indah sebelum klub yang berdiri pada 1923 itu genap berusia 100 tahun pada 8 November 2023 mendatang.
Sayangnya, pesta pora itu melewati batas aturan. Jajaran Polresta Surakarta pun membubarkan arak-arakan pendukung berat Persis Solo menggunakan gas air mata.
Persis Solo sebagaimana klub yang pernah berlaga di kompetisi perserikatan dikenal memiliki pendukung fanatik. Klub yang terbentuk dari prakarsa Raden Ngabehi Reksohadiprojo dan Sutarman itu memang melegenda.
Selain itu, Persis Solo juga berkontribusi pada pendirian Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930. Namun, menyandang status klub legendaris tak serta-merta membuat Persis Solo memiliki jalan mudah.
Persis Solo melalui perjalanan yang penuh liku. Eksistensinya pernah dikalahkan oleh klub-klub luar yang memilih Solo sebagai homebase atau kandang pada era 1984 hingga 2004.
Kala itu, pamor Persis Solo di kandang sendiri justru meredup karena kalah oleh nama-nama besar seperti Arseto FC (1979-1998), Pelita Jaya (Pelita Solo 2000 - 2001), dan Persijatim Jakarta Timur (Solo FC 2002-2004).
"Itu fase yang bisa dibilang terjajah di rumah sendiri," kata Nikko Auglandy, penulis buku 'Kiprah Persis Solo di Dunia Sepak Bola' yang ditemui JPNN.com belum lama ini.
Nikko menyebut Persis Solo pada periode 1994-1996 hanya merumput di kasta kedua kompetisi. Saat banyak klub berduit memilih Solo sebagai kandang, Persis justru bermain di kasta ketiga Liga Indonesia.