Asal Usul Dolar AS Jadi Patokan Dunia dan Kenapa Sekarang Mulai Ditinggalkan
Mesti dibuktikan lagi
Namun, beberapa masa kemudian, Dolar AS tak lagi sekadar nilai tukar, terutama sejak krisis moneter 1998, yang juga menimpa Indonesia.
Krisis ini menciptakan kejatuhan nilai aset, baik swasta maupun negara, yang melahirkan krisis hebat dan memicu gejolak politik serta sosial, kendati pengelolaan ekonomi yang buruk oleh sebagian penguasa menjadi faktor yang tak bisa dikesampingkan.
Di satu sisi, keadaan ini mengakhiri kediktatoran, seperti terjadi di Indonesia. Di sisi lain, hal itu juga memunculkan gagasan untuk tak terlalu tergantung kepada dolar, termasuk mendiversifikasi denominasi aset dengan mata uang selain Dolar AS.
Ternyata, langkah-langkah seperti ini pun tak kunjung meruntuhkan hegemoni dolar.
Menurut harian terkemuka Financial Times baru-baru ini, 60 persen transaksi internasional masih menggunakan dolar AS. Hanya 20 persen menggunakan Euro, sedangkan porsi renminbi China lebih kecil lagi, cuma tiga persen.
Meskipun demikian, realitas itu tak mematikan gagasan dedolarisasi yang menguat lagi akibat perang di Ukraina setelah Amerika Serikat menjadikan dolar sebagai senjata untuk mengamputasi kemampuan Rusia dalam membiayai perang di Ukraina.
Rusia sendiri adalah pihak yang paling bersemangat melancarkan dedolarisasi. Setelah itu China, India, Brazil dan Afrika Selatan.