Asep Klaim Tak Kenal Para Terduga Teroris di Palembang
jpnn.com, PALEMBANG - Sejumlah terduga teroris yang diciduk Densus 88 Antiteror, Minggu (10/12) kemarin, disebut memiliki hubungan dengan Asep Nurjaman.
Asep ditangkap di OKU Selatan Agustus 2016 lalu, karena membantu mencarikan senjata api (senpi) untuk kelompok teroris Thamrin pada 14 Januari 2016 dan bom bunuh diri Mapolres Surakarta 5 Juli 2016.
Namun, Asep mengaku tidak mengenal Abdul Kodir alias Abu Ibrahim alias Yazid, yang ditangkap di Desa Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir.
”Saya tidak mengenal orang yang baru tertangkap itu. Kalaupun mereka mengenal saya, kemungkinan,” aku Asep, dihubungi via telepon, kemarin (11/12).
Asep sendiri, kini tengah menjalani hukuman di Rutan Muaradua, atas vonis 2,8 tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim. Pemilik usaha konveksi (border) warga Jl Jenderal Sudirman, Kelurahan Pasar Muaradua, dinyatakan terbukti melanggar UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 atas kepemilikan senjata api rakitan.
Sebab dia sendiri tidak pernah keluar dari Muaradua, OKU Selatan. Apalagi terlibat teroris maupun jaringannya. “Yang bergerak sebagai teroris itu bermacam-macam, cabang dari ahli tasauf. Saya hanya menemani kawan sekampung yang tinggal di Jawa, minta carikan senpi di sini. Tidak lebih dari itu,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui dalam kasusnya, Asep Nurjaman ditangkap Tim Densus 88 AT di jalan lintas Muaradua-Liwa, Kabupaten OKU Selatan, 15 Agustus 2016. Alurnya, Irsad mencarikan senpi buat Panji Koko Kusumo alias Gaza alias Fahri, dan Pujianto alias Anto alias Puji alias Raider Bakiyah yang terlibat penyerangan di Plaza Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016.
Irsad menemui Asep Nurjaman, temannya sekampung asal Jawa Barat di OKU Selatan. Asep lalu menemui pula Edi Waluyo alias Tembel (39) dan Rahmat Chandra alias Candra Indro (41). Tembel mencarikan senpi di Muncak Kabau, OKU Timur, dapat dengan harga Rp2,5 juta per pucuk. Setelah dapat, Irsad memesan lagi atas permintaan Panji Koko dan Pujianto.