Asyiknya Lihat Sekolah Meliarkan Orang Utan
Hari itu saya juga diajak ke dua pulau tempat prapelepasliaran orang utan, yakni Pulau Kaja dan Begamat. Di dua pulau tersebut tinggal orang utan dengan usia di atas tujuh tahun.
Mereka ditempatkan di pulau itu sebagai uji coba apakah bisa survive di alam liar atau tidak. Yang ’’lulus’’ dari pulau berarti siap dilepasliarkan ke hutan belantara.
’’Yang berada di sini sudah benar-benar mandiri dan kami anggap telah mampu menyerap seluruh ilmu yang diajarkan di sekolah hutan,’’ ujar Paulina.
Masyarakat umum bisa menikmati pemandangan feeding time itu. Yakni, dengan mengikuti paket wisata susur sungai yang diadakan masyarakat setempat. Hanya, tidak setiap hari wisatawan diizinkan melihat feeding time. Menurut Agung, perahu yang membawa pengunjung hanya diizinkan berhenti 15 menit pada Senin, Kamis, Sabtu, dan Minggu.
’’Hari lainnya tidak boleh. Melihatnya juga harus dari atas perahu, tidak boleh turun ke pulau,’’ ujar Agung.
BOSF membuat sejumlah pos terapung untuk mengamankan dua pulau itu. Saya beruntung bisa menikmati feeding time orang utan di dua pulau tersebut dalam waktu yang cukup lama. Apalagi, saat itu air sedang tinggi sehingga perahu motor yang membawa rombongan saya bisa leluasa menjelajah sungai.
Meski begitu, BOSF tak merekomendasikan kawasannya menjadi tempat wisata. Namun, mereka membuka diri bagi masyarakat yang ingin berwisata edukasi untuk mengenal orang utan. BOSF memfasilitasi melalui gedung informasi di kompleks kantor BOSF.
Di gedung itu pengunjung bisa melihat orang utan dari balik kaca. Orang utan yang dipertontonkan adalah yang siap dilepasliarkan ke sejumlah hutan di Kalimantan Tengah. Selain itu, pengunjung akan diputarkan video konservasi dan reintroduksi orang utan.