Atasi Polusi Udara di Jakarta, Lestari Moerdijat Tekankan Kolaborasi Seluruh Pihak
Alih-alih menemukan solusi, lanjut Rerie, banyak pihak malah terbiasa memaklumi karena ragam alasan, yakni memasuki musim kemarau, terbatasnya ruang hijau, perkembangan industri, dan pembangunan infrastruktur yang kerap meniadakan pertimbangan akan pentingnya reboisasi.
"Tanpa sadar, kita berhadapan dengan masalah yang selalu sama, tanpa solusi pasti," tegas legislator asal Dapil Jawa Tengah II.
Rerie pun mempertanyakan monitoring, evaluasi, dan kebijakan strategis untuk mengatasi masalah yang terjadi hampir terjadi tiap tahun ini.
Menurutnya diperlukan sinergi yang kuat antarlembaga, organisasi, dan masyarakat terkait dalam mewujudkan kualitas udara yang baik.
"Marilah kita mengedepankan kehidupan publik dalam upaya menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi. Kita berharap sinergi antara lembaga dan organisasi terkait, termasuk masyarakat dapat terwujud menuju Indonesia sehat. Marilah kita mulai dari Jakarta," ujar Rerie.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Erni Pelita Fitratunnisa mengatakan Pemprov DKI Jakarta kini mempunyai lima Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), baik fix station, dan mobile station.
Masyarakat juga dapat melihat pantauan kualitas udara di Jakarta melalui aplikasi JAKI.
Erni menjelaskan memburuknya kualitas udara di Jakarta disebabkan banyak faktor, seperti kondisi cuaca, arah angin, hingga suhu.
"Memasuki Mei hingga Agustus kualitas udara memburuk di mana konsentrasi polutan udara meningkat. Kondisi akan membaik saat musim hujan pada September hingga Desember," ujarnya.