Atlet Muda Potensial Indonesia Bersinar di Asian Games 2018
Di sisi lain, cabor panahan punya dua pemanah yang diproyeksikan untuk menembus Olimpiade Tokyo 2020. Mereka adalah Diananda Choirunisa dan Riau Ega Agatha Salsabila yang masing-masing menyumbang perak dan perunggu untuk Indonesia di nomor recurve individual.
Raihan medali tersebut tidak memuaskan keduanya. Khususnya bagi Nisa yang tembus hingga final perebutan juara melawan pemanah Tiongkok Zhang Xinyan. Kekalahan Nisa berarti melepas satu tiket untuk masuk kualifikasi Olimpiade. Artinya ia harus bekerja lebih keras. “Saya dan Mas Ega sudah optimistis di World Cup nanti kami bisa rebut tiket menuju Olimpiade,” ujar Nisa.
Untuk itu, setelah ini baik Nisa dan Ega akan terus berlatih untuk mempertajam teknik mereka. Menurut pelatih pelatnas nomor recurve Nurfitriyana Saiman, seorang pemanah harus banyak mengikuti kejuaraan.
Tidak melulu soal lolos kualifikasi Olimpiade, tapi juga untuk menambah jam terbang pemanah menghadapi lawan kelas dunia. Rencananya mereka akan mengikuti kejuaraan di Tiongkok, Turki, juga Eropa.
“Panahan itu harus banyak ikut uji coba untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka,” tutur Yana. Mereka berharap kesempatan tampil di World Cup series bisa lebih diberikan lebih banyak dalam persiapan menuju Olimpiade 2020.
Sementara itu, di nomor sprint atletik, PB PASI punya modal berharga dengan adanya Lalu Muhammad Zohri. Pelari muda 18 tahun itu menjadi motor tim estafet 4x100 meter putra Indonesia dalam mengamankan medali perak pada Asian Games 2018. Selama 8 bulan terakhir, mereka menjalani tiga uji coba internasional.
Khusus Zohri, dia mengikuti training camp di Amerika Serikat, tes event Asian Games dan Kejuaraan Dunia U-20 di Tampere Finlandia. Pada event terakhir, Zohri menjadi juara dunia pertama bagi Indonesia. Selanjutnya, PB PASI akan menerapkan kebijakan yang sama untuk menyongsong event besar di masa depan.
Tigor Tanjung, Sekjen PB PASI menegaskan bahwa para atlet Indonesia tidak boleh tercerabut dari akarnya. Artinya, training camp yang akan diberikan kepada atlet bakal lebih maksimal. “Mereka tetap butuh untuk mendapatkan atmosfer kompetisi, tetapi tidak untuk jangka panjang di luar negeri,” ujarnya.