Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ave Maryam, Cinta di Antara Tanggung Jawab Hidup Selibat

Jumat, 12 April 2019 – 18:10 WIB
Ave Maryam, Cinta di Antara Tanggung Jawab Hidup Selibat - JPNN.COM
Film Ave Maryam mengisahkan peliknya ketika suster dan pastor jatuh cinta. Foto: YouTube

jpnn.com - Jatuh cinta mungkin hal yang mudah bagi kebanyakan orang. Tapi, tidak demikian Maryam dan Yosef. Hati suster dan pastor itu harus bergejolak ketika saling merasakan cinta. Dalam Ave Maryam, kisah itu diceritakan.

Film yang disutradarai Ertanto Robby Soediskam ini berlatar sebuah susteran di Semarang pada 1989. Maryam (Maudy Koesnaedi), biarawati 40 tahun, datang ke susteran itu untuk mengabdi. Dia bertugas merawat para biarawati sepuh di sana dan mengurus kegiatan rumah tangga susteran.

Selama masa pengabdiannya, Maryam bertemu dengan Yosef (Chicco Jerikho), pastor yang juga ditugaskan di gereja setempat. Sosok Yosef yang liberal menarik perhatian Maryam. Demikian pula Yosef yang sering mendekati Maryam yang kalem. Sebuah rasa muncul di hati mereka yang disertai kegamangan akan tanggung jawab hidup selibat.

Lewat film berdurasi 80 menit itu, Robby ingin mengangkat sisi humanis biarawati. "Meski sudah berjanji mengabdi pada Tuhan, mereka juga manusia biasa yang bisa jatuh cinta," terang Robby. Lewat sisi humanis itu, sang sutradara ingin membuat film yang sederhana dan jujur.

Robby membuktikan ucapannya. Jalan cerita Ave Maryam cukup sederhana dan mudah diikuti. Dengan apik, dia memaparkan bagaimana Maryam bergulat dengan perasaannya dan bagaimana Yosef sedemikian tertariknya pada Maryam. Meski minim dialog, film itu bisa memaparkan cerita dengan jelas. Penggambaran adegannya kuat serta akting para pemain yang bagus.

Untuk membuat naskah film yang sudah tayang di beberapa festival film seperti Hanoi International Film Festival 2018, Hongkong Asian Film Festival 2018, dll itu, Robby melakukan riset selama setahun.

Pada awal 2016, dia berkunjung ke Semarang dan mendatangi susteran di gereja Gedangan. Di sana, dia banyak berinteraksi dengan biarawati dan mengenal pengalaman mereka selama mengabdi. Robby juga mewawancarai seorang pastor untuk menambah bahan cerita.

Riset itu membantunya meracik naskah dengan baik. Dia bisa membentuk karakter Maryam dengan utuh dan hidup. Di beberapa adegan, penonton akan merasa tersentuh oleh kegamangan Maryam. Di adegan lain, penonton juga ikut terharu saat Maryam dan Yosef sedih karena cinta mereka terhalang kewajiban.

Jatuh cinta bukan hal biasa bagi Maryam dan Yosef. Hati suster dan pastor itu harus bergejolak ketika saling merasakan cinta. Dalam Ave Maryam, kisah itu diceritakan.

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News