Ayo, Perkuat Solidaritas Sosial
Oleh: Hasanuddin Wahid, Sekjen DPP PKB, Anggota Komisi X DPR RIAda beberapa perbedaan antara pola pergerakan SPJ dan JIC. Pertama, SPJ didasarkan pada gerakan dan jaringan yang dibangun di akar rumput seperti aktivis, mahasiswa, dan petani, sedangkan JIC lebih banyak digerakkan oleh tokoh masyarakat, khususnya tokoh-tokoh agama yang memiliki posisi tawar yang kuat dalam distribusi nilai-nilai perubahan.
Kedua, SPJ tidak memaksakan struktur manajemen yang hierarkis, tetapi menerapkan pola kepercayaan dalam peran dan tanggung jawab anggota yang terorganisir. Misalnya, ada peran koordinator lapangan dan dapur umum. Sementara gerakan JIC lebih terstruktur dan cenderung hierarkis.
Namun, SPJ dan JIC memiliki misi yang sama. Mereka ingin membawa perubahan pada kemanusiaan dan mewujudkan keadilan sosial. Kedua gerakan tersebut adalah selalu mengutamakan distribusi nilai-nilai kemanusiaan yang berkelanjutan.
Faktor penentu terbentuknya gerakan kolektif tidak hanya bergantung pada sumber daya material yang tersedia, tetapi lebih pada kekuatan ide dan sumber daya budaya. Yaitu tentang artikulasi dan konstruksi kolektif dari hubungan baru (atau redefinisi) antara pribadi sebagai individu dan pribadi (sebagai ulama atau ulama, warga negara, dan keluarga).
Gerakan SPJ mengusung nilai nativisme sedangkan gerakan JIC merupakan representasi tumbuhnya gerakan sosial baru yang muncul karena penyebaran nilai-nilai agama dalam dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik sebagai warga negara.
Dapur Cak Udin
Sejatinya, setiap warga bangsa ini dapat mewujudkan sikap solidaritas sosialnya dengan cara atau melalui bentuk kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosialnya masing-masing.
Sebagai contoh, tidak bermaksud untuk membanggarkan diri, saya bersama para sukarelawan di daerah pemilihan (dapil) Malang mencoba mewujudkan semangat solidaritas sosial dengan mendirikan dapur umum yang diberi nama ‘Dapur Cak Udin’.