Baca Nih Serunya Penerbangan Perdana ke Pulau Bawean Nan Elok!
Lapter Harun Tohir dibangun sejak 2005 di atas lahan seluas 68 hektare. Lokasinya di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak. Pada September 2015, Menhub Ignasius Jonan melakukan uji coba. Rencananya, Sabtu (30/1) Jonan meresmikan operasional lapter tersebut. Lapter itu berada di bawah pengelolaan Bandara Kelas III Trunojoyo, Sumenep, Madura.
Kepala Unit Penyelenggara Bandara Kelas III Trunojoyo Wahyu Siswoyo menyatakan, pesawat Airfast yang digunakan untuk penerbangan ke Bawean berjenis twin otter DHC-6 seri 300. "Pesawat bermesin ganda dengan jumlah penumpang 12 orang," kata Wahyu.
Saat ini, Lapter Harun Tohir dilengkapi fasilitas keamanan seperti X-ray cabin dan walkthrough. "Dua alat itu merupakan standar keamanan penumpang," jelasnya.
Lapter juga sudah dilengkapi NDB (non directional beacon). Alat itu berfungsi sebagai pemandu pesawat untuk menemukan landasan bandara serta alat komunikasi dari udara ke pesawat (air to ground/ATG).
Status Lapter Harun Tohir adalah lapangan terbang perintis. Berdasar ketentuan, frekuensi penerbangan perintis adalah tiga kali seminggu. "Untuk sementara ini, hanya dua kali seminggu. Selasa dan Kamis," terangnya.
Namun, jika animo masyarakat yang berada di jarak 80 mil laut dari Gresik itu cukup besar, jumlah penerbangan bisa ditambah. "Konsekuensinya, harga lebih mahal karena tidak ada subsidi," katanya.
Resmi dioperasikan, bukan berarti semua infrastruktur di lapter sempurna. Februari mendatang, pengelola lapter meningkatkan kekerasan runway. Tujuannya mengantisipasi pendaratan pesawat yang lebih besar.
Kementerian Perhubungan juga masih menunggu pembebasan lahan tambahan runway sepanjang 400-500 meter di lapter tersebut. Nanti panjang runway menjadi 1.400 meter. "Runway 1.400 meter bisa didarati pesawat jenis ATR 42. Penumpang 42 orang," terang Wahyu.