Bagi-bagi Bansos di Samping Spanduk Prabowo-Gibran jadi Bukti Jokowi Tidak Netral
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi contoh buruk praktik kenegaraan yang demokratis.
Hal itu dikatakan Ari menanggapi kegiatan kunjungan Jokowi di Desa Margagiri, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, Senin (8/1/2024).
Dalam kunjungan itu, Jokowi membagi-bagikan bantuan sosial (bansos) di lokasi yang dipenuhi puluhan spanduk calon presiden (capres) nomor urut 2 tanpa "dicopot".
Alih-alih diturunkan seperti spanduk Ganjar-Mahfud di Bali beberapa waktu lalu, justru baliho dan spanduk yang bergambar wajah Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka dibiarkan dan "terkesan" ikut mendompleng kegiatan RI-1
"Jokowi pasti tahu dan kenapa diam melihat kejadian yang kontras baik di Gianyar maupun di Serang, itu karena anaknya sendiri ikut maju. Dia tidak bisa netral karena berkepentingan dengan majunya Gibran sebagai cawapresnya Prabowo. Jokowi sejak awal menjadi contoh buruk dari praktik-praktik kenegaraan yang demokratis. Perilaku Jokowi sudah melebihi level mertuanya capres Prabowo dan itu tidak baik," ujar Ari Junaedi
Menurut pengajar program pascasarjana di sejumlah kampus ternama di tanah air itu, tidak ada jalan lain untuk pelaksanaan pemilu yang demokratis selain menuntut presiden yang tidak bisa netral untuk mundur dari jabatannya.
“Jika dibiarkan, presiden bisa menjadi jurkam salah satu paslon. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi bisa mempengaruhi semua aparatnya untuk melakukan kebijakan di lapangan yang merugikan dua paslon lain serta memberi kemudahan bagi paslon yang terkait dengan keluarga presiden,” imbuhnya.
Dia menambahkan spanduk pujian selamat datang dan terima kasih presiden adalah tanda-tanda presiden butuh pujian walau pujian semu dan absurd tersebut dibuat oleh orang-orangnya sendiri. Bukan pujian tulus yang dilontarkan rakyatnya yang butuh pekerjaan dan sekadar makan untuk kelangsungan hidupnya.