Bahasa LGBT di Indonesia Lebih Eksklusif Dibanding Jepang
jpnn.com - JAKARTA - Peneliti dari Universitas Akita mengungkap temuan menarik tentang bahasa yang digunakan kaum transgender di Indonesia, yang jauh lebih cair dan eksklusif dibandingkan kaum sejenis mereka di Jepang.
Profesor Miyake Yoshimi menemukan bahasa transgender (LGBT) di Indonesia mempunyai karakter kreatif yaitu menambahkan sentuhan pada kata baku dan membuat suatu bentuk bahasa yang bersifat rahasia.
“Sementara bahasa transgender dalam bahasa Jepang mempunyai karakter yang sangat dekat kepada bentuk bahasa wanita yang baku atau onna kotoba, namun bentuk bahasa wanita itu sudah tidak dipakai lagi oleh kebanyakan perempuan Jepang pada masa kini,” papar Miyake.
Paparan Miyake dalam makalah bertajuk “Bahasa Transgender: Bahasa Indonesia dan Bbahasa Jepang” yang disajikan pada Simposium Internasional Jepang-Indonesia yang digelar Universitas Darma Persada, pada pada 3-4 Juni kemarin.
Demi penelitian ini Miyake beberapa kali harus ke kafe khusus transgender di Kota Akita maupun melakukan wawancara terhadap artis transgender Jepang yang sering muncul dalam acara di layar kaca.
Sementara untuk di Indonesia, Miyake yang pernah tinggal dua tahun di Yogyakarta mengaku banyak mendapat bantuan dari Dede Oetomo, peneliti sekaligus aktivis transgender asal Universitas Airlangga.
“Bahasa Jepang sangat tegas membedakan mana bahasa wanita dan bahasa pria. Baik sebutan maupun intonasi. Sementara di Indonesia tidak. Sangat cair. Bahkan transgender Indonesia menciptakan bahasa sendiri yang kadang sulit dipahami orang awam. Menarik,” tutur peneliti karakter bahasa wanita, bahasa lokal dan bahasa minoritas itu.
Meski demikian, Miyake menampik penciptaan bahasa rahasia kaum transgender di Indonesia lahir karena adanya tekanan sosial dari masyarakat dan negara. “Saya lihat tidak demikian. Penelitian Boellestorff pada tahun 2004 dan 2005 juga menemukan transgender adalah bagian dari budaya asli Indonesia.”