Bamsoet Dorong Pemerintah Terima Tawaran Kerja Sama Rusia Soal Vaksin Covid-19
“EpiVacCorona misalnya, bisa digunakan untuk lansia di atas 60 tahun. Sementara CoviVac bisa disimpan di suhu 2-8 derajat celcius, dengan penggunaan sebanyak dua kali yakni disuntikan di hari pertama dan di hari ke-14 setelah penyuntikan pertama," ujar Bamsoet usai menerima Dubes Lyudmila di ruang kerja ketua MPR RI di Jakarta, Senin (22/3).
Bamsoet mengutip penjelasan Dubes Lyudmila menerangkan untuk Sputnik V yang telah teregistrasi di BPOM dan menunggu izin edar keunggulannya antara lain memiliki efikasi 91,6 persen, mudah didistribusikan karena hanya butuh disimpan di suhu 2-8 derajat celcius, dan harga relatif lebih murah yakni kurang dari USD 10.
Menurut dia lagi, penyuntikan vaksin itu dilakukan sebanyak dua kali dengan jeda waktu 21 hari dari yang pertama.
Sebagai catatan, Dubes Rusia menyebut Vaksin Sputnik dikembangkan oleh Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow, sebuah pusat penelitian yang dikelola negara.
Gamaleya memproduksi vaksin dengan dukungan dari dana investasi langsung Rusia.
Hasil uji klinis fase 3 menunjukkan Sputnik V memiliki efikasi yang sangat optimal (antara 91,6 persen hingga 95 persen) terhadap infeksi corona. Berdasar penjelasan peneliti, katanya, hasil ini sejalan dengan data kemanjuran yang dilaporkan pada tahap awal uji coba yang telah dimulai di Moskow, September 2020.
Penggunaan vaksin ini, kata Dubes, sudah disetujui di Rusia, Belarusia, Serbia, Argentina, Bolivia, Aljazair, Venezuela, Paraguay, Turkmenistan, Hongaria, UEA, Iran, Guinea, Tunisia, Armenia dan wilayah Palestina.
Vaksin buatan Rusia ini, katanya, didasarkan pada DNA adenovirus jenis SARS-CoV-2.