Bamsoet Dorong Santri dan Mahasiswa Jadi Benteng Penjaga Pancasila
jpnn.com, PASURUAN - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meresmikan Gedung Bhineka Tunggal Ika di Universitas Yudharta, Pondok Pesantren Ngalah, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (27/8/2020).
Di kompleks tersebut, sudah berdiri Aula Pancasila, Gedung NKRI, dan Gedung UUD NRI 1945. Keempat sarana dan prasarana tersebut menjadi tonggak implementasi Empat Pilar MPR RI di kehidupan kampus dan pondok pesantren.
Bersama pengasuh pondok pesantren Ngalah, perwakilan pemuka agama, serta Forkopimda Kabupaten Pasuruan, Bamsoet melepas 17 burung puter putih lambang kemakmuran dan menandatangani Ikrar Catur Pilar Indonesia. Berisi tiga butir pernyataan. Pertama, Setia kepada Pancasila dan UUD NRI 1945. Kedua, setia menjaga keutuhan NKRI. Ketiga, setia menghargai Bhineka Tunggal Ika.
“Para santri dan mahasiswa adalah generasi milenial yang merupakan generator, sekaligus kreator kemajuan bangsa. Kalianlah agen perubahan yang mampu menggerakkan roda zaman dan memberi warna serta corak kehidupan bangsa. Keberadaan sekitar 18 juta santri yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara, dimana 5 juta di antaranya adalah santri mukim yang menempati 28.194 pesantren, menjadi aset berharga bangsa Indonesia dalam menggapai Indonesia Emas 2045,” ujar Bamsoet dalam peresmian Gedung Bhineka Tunggal Ika sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Universitas Yudharta, Pondok Pesantren Ngalah, Kabupaten Pasuran, Jawa Timur, Kamis (27/8/2020).
Turut hadir antara lain Wakil Bupati Pasuruan KH Abdul Mujib Imron, Pengasuh Pondok Pesantren Ngalah KH. Sholeh Bahruddin, Rektor Universitas Yudharta Pasuruan Dr. Kholid Murtadlo, Kapolres Pasuruan AKBP Rofiq Ripto Himawan, Kajari Pasuruan Ramdhanu Dwiantoro, Dandim Pasuruan Letkol Burhan Fajari Arfian, Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan Sudiono Fauzan, dan Ketua Pengadilan Negeri Bangil AFS Dewantoro. Sebelumnya kedatangan Bamsoet disambut oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Fadil Imron.
Mantan Ketua DPR RI ini menilai di tengah pandemi Covid-19 yang berat ini, bangsa Indonesia juga masih dihadapkan pada tantangan lain yang tak mudah. Di antaranya, melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman, de-moralisasi generasi milenial bangsa, memudarnya identitas dan karakteristik bangsa, masih tingginya kesenjangan sosial, penyalahgunaan Narkoba, hingga merebaknya LGBT yang tak sesuai jati diri bangsa.
"Survei LSI Tahun 2018 menemukan dalam kurun waktu 13 tahun, masyarakat yang pro terhadap Pancasila telah mengalami penurunan sekitar 10 persen. Pada tahun 2005, masyarakat yang pro Pancasila mencapai 85,2 persen, dan hingga tahun 2018, angkanya turun menjadi 75,3 persen,” kata Bamsoet.
“Kampus dan pondok pesantren harus menjadi garda terdepan dalam membentengi Pancasila sekaligus menyiapkan generasi muda agar siap memegang tongkat estafet kepemimpinan. Tak terjerumus dalam berbagai permasalahan, apalagi sampai mempertentangkan Pancasila," tandas Bamsoet lagi.