Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Bamsoet: Kesejahteraan Nelayan Masih Memprihatinkan

Selasa, 20 Maret 2018 – 07:39 WIB
Bamsoet: Kesejahteraan Nelayan Masih Memprihatinkan - JPNN.COM
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengatakan tingkat kesejahteraan nelayan masih sangat memprihatinkan. Menurut Bambang, sumber daya laut yang melimpah ruah masih belum bisa meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Dia mengatakan, kalau hasil laut Indonesia yang nilainya mencapai triliunan dolar Amerika Serikat setiap tahun itu bisa dinikmati nelayan, maka rumah-rumah mewah tidak hanya berdiri di sepanjang Pantai Indah Kapuk, Pantai Mutiara dan Ancol, Jakarta Utara saja.

"Tapi, juga bisa berdiri di sepanjang pantura (pantai utara) mulai Jawa Tengah hingga Jawa Timur," ujar Bambang dalam seminar nasional bertajuk Kebijakan dan Koordinasi Bidang Maritim untuk Kesejahteraan Nelayan di Jakarta, Senin (19/3).

Politikus Partai Golkar yang karib disapa Bamsoet itu mengatakan, kehidupan nelayan di pesisir pantura Jawa masih indentik dengan kemiskinan dan kekumuhan. Padahal, kata dia, nelayan pantura selama ini turut memberikan kontribusi yang besar dalam menggerakkan roda ekonomi dan pembangunan.

Karena itu, Bamsoet menilai masih ada persoalan berbagai peraturan perundang-undangan di sektor kelautan dan perikanan. Termasuk kebijakan penenggalam kapal asing pencuri ikan yang tidak berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat. Seharusnya, ujar dia, kapal-kapal itu tidak ditenggelamkan. Menurut dia, lebih baik kapal diberikan kepada nelayan secara gratis.

"Itu jauh lebih bermanfaat bagi nelayan. Saya pun punya pertanyaan yang sama dengan Pak Menko Kemaritiman (Luhut Panjaitan), setelah penenggelaman kapal, what's next?" kata Bamsoet dalam diskusi yang juga menghadirkan Luhut, anggota IV BPK Rizal Djalil, serta Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, itu.

Bamsoet menjelaskan, United Nations Development Programme (UNDP) menyebut perairan Indonesia merupakan habitat 76 persen terumbu karang dan 37 persen ikan karang dunia. Namun hingga kini nelayan di pulau Jawa masih menghadapi dilema terkait keberadaan alat tangkap cantrang.

Di satu sisi, penggunaan cantrang bisa mengurangi sumber daya ikan serta merusak habitat dan ekosistem laut. Pada aspek ekonomi, pelarangan cantrang akan memengaruhi tingkat pendapatan, jumlah hasil tangkapan dan diferensiasi alat tangkap.

Menurut Bambang, sumber daya laut yang melimpah ruah masih belum bisa meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News