Bamsoet: Menjaga Kebhinnekaan dalam Pluralitas adalah Fitrah Bangsa Indonesia
Silaturahmi Kebangsaan Bersama Gus Miftah di Polda BaliMenurut Bamsoet, sebagaimana diungkapkan Bung Karno dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945 bahwa NKRI bukan milik sesuatu golongan, agama, suku, golongan adat-istiadat, tetapi milik semua.
"Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga menegaskan tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu," kata Bamsoet.
Ketua umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menerangkan daripada sibuk mempolitisasi SARA, lebih baik energi bangsa dihabiskan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur.
Sebab, kata dia, menurut Bank Dunia, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2018 menembus USD 1,04 triliun, dan menempatkan negeri ini pada ranking 16 dunia. Jika diukur dari paritas daya beli, maka Indonesia menduduki rangking tujuh dunia.
"Namun ketika angka tersebut dibandingkan dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia, maka pendapatan nasional bruto per kapita Indonesia ada di angka USD 3.840, menempatkan Indonesia di ranking 120 dunia. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pemerataan kesejahteraan masih harus kita perjuangkan bersama," pungkas Bamsoet.
Gus Miftah menambahkan Indonesia merupakan 'Rumah Besar' yang di dalamnya terdapat berbagai kamar yang terdiri dari suku, agama, ras, dan antargolongan.
Menurutnya, apabila para pemilik kamar kembali ke kamarnya masing-masing, tidak salah masuk apalagi merusak kamar pemilik lain, niscaya kerukunan, persatuan, dan juga perdamaian akan tetap terwujud.
"Mereka yang gagal paham dalam kebhinnekaan, menjadi mudah menistakan agama yang lain, menyemarakkan intoleransi, serta berujung pada sikap radikal," kata Gus Miftah.