Bangunan Kumuh-Pesing yang Jadi Seimut Bukit Teletubbies
Fungsinya, sejatinya, enggak jelas. Ada bagian yang jadi gudang. Pernah juga jadi mes Persewangi, klub sepak bola milik pemkab. Ujung guest house juga pernah jadi kandang ayam. Campur-campur, pokoknya.
Sejumlah foto menunjukkan bahwa guest house lawas itu serupa rumah-rumah petak kelas bawah. Tiang-tiang kurus bercat biru menyangga plafon dan atap yang reyot menunggu roboh. Kusam. Semua itu kini lenyap. Bagian belakang pendapa menjelma menjadi sebuah lanskap hijau unik.
Rerumputan menghampar. Pohon-pohon juga berdiri. Ada mangga, kelengkeng, sawo kecik, belimbing wuluh, palem, asam jawa, hingga kopi salah satu komoditas kebanggaan Banyuwangi. Ada pula pohon kepel yang langka. Budayawan Banyuwangi Slamet Utomo bilang, kepel di areal pendapa itu sudah cukup tua.
Pohon dengan batang penuh tonjolan bonggol itu adalah hadiah dari Keraton Jogjakarta pada awal abad ke-19. Artinya, pohon dengan buah mirip sawo itu sudah seabad berdiri di halaman belakang tersebut. Pohon-pohon itu memang dipertahankan.
Sebab, dalam merenovasi kompleks pendapa, Anas mewanti-wanti agar tidak ada sebatang pohon pun yang ditebang. Tidak ada setangkai pun yang dipindah dari tempatnya. “Pembangunan yang harus menyesuaikan alam. Membangun harus bisa merangkul alam,” tutur Anas. *** Ingatan tentang guest house yang kumuh itu memang sudah harus dikubur dalamdalam.
Sebab, rumah tamu tersebut memang sudah dikubur timbunan tanah. Ia kini menjadi bukit setinggi sekitar 4 meter dengan lereng miring dengan rumput yang rapi. Di lereng-lereng bukit kecil itu muncul cerobong batu dengan tutup kaca. Mirip sumur pendek berbentuk kotak.
Cerobong itulah yang menjadi lubang cahaya serta lubang hawa bagi kamar-kamar guest house di perut bukit tersebut. Mirip Teletubbies, karakter gendut-imut dalam film anak-anak, yang hidup di bawah bukit. Mirip pula dengan para Hobbit dalam film The Lord of the Rings yang punya rumah-rumah imut dengan pintu melengkung di bawah gundukan tanah berumput.
Bedanya, bungker, eh guest house itu bisa dimasuki lewat lorong cantik dengan dinding berlapis batu yang menembus perut bukit. Dan di dalamnya, perubahan tersebut terasa kian nyata. Jajaran kamar kumuh itu sudah menjadi kamar-kamar elok dengan standar hotel berbintang.