Bank Commonwealth Rekomendasikan Peluang Investasi di Tengah Ancaman Resesi
jpnn.com, JAKARTA - Head of Research & Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra menjelaskan, kondisi ekonomi dunia pada 2023 dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi dampak kenaikan harga komoditas, pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral, hingga konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang masih terus berlanjut.
Di tengah ancaman resesi global, Bank Commonwealth memberi rekomendasi strategi investasi yang bisa memberikan imbal hasil maksimal, namun tetap aman.
“Di tengah ancaman resesi global, investasi di kelas aset pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah atau reksa dana pendapatan tetap lebih aman karena memiliki tingkat risiko yang lebih rendah namun tetap berpotensi memberikan imbal hasil,” ujar Thadly.
Akan tetapi, sambung Thadly, koreksi pada kelas aset ekuitas juga bisa dijadikan peluang bagi investor untuk mengakumulasi secara bertahap dengan metode dollar cost averaging, dengan pilihan investasi seperti reksa dana saham.
Thadly melanjutkan, pasar saham tetap menarik sebagai salah satu pilihan investasi karena potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung oleh harga komoditas yang tinggi, pembukaan kembali aktivitas ekonomi, dan peningkatan konsumsi masyarakat khususnya di sektor pariwisata.
Berdasarkan tren historis, pada saat inflasi meningkat dan terjadi risiko resesi, saham-saham blue chip dengan fundamental kuat seperti sektor konsumer dan perbankan memiliki kinerja yang tetap baik. Sektor konsumer cenderung lebih resilience terhadap ancaman resesi karena masyarakat tetap memenuhi kebutuhan dasar.
Investor dengan profil risiko tinggi (agresif) yang berfokus pada pertumbuhan bisa mengoptimalkan porsi reksa dana saham hingga 80% dari portofolio investasi.
Sedangkan investor dengan profil risiko sedang (moderat) dapat mengalokasikan 50% investasi di reksa dana pendapatan tetap, 30% reksa dana saham, dan 20% pasar uang.