Bank Mutiara Tunggu Kabinet Baru
"Namun lebih luas dari itu. Inklusi itu misalnya membuka akses di pasar-pasar baru khususnya kepada masyarakat yang unbanked. Kalau cuma dikasih kredit, nanti bisa disalahgunakan," ungkapnya.
Dia menegaskan, bahwa bank seharusnya fokus terhadap program inklusi keuangan. Misalnya dengan mengembangkan talenta-talenta yang betul-betul serius, sehingga program bisa sustainable atau berkelanjutan. "Dengan begitu, perlu business model yang jelas dan fokus untuk membuka akses keuangan. Bank jangan setengah-setengah," ujarnya.
Riset Mandiri Institue menujukkan, dari total populasi di Indonesia mencapai 249 juta jiwa pada 2013, masih terdapat 48 persen penduduk yang belum memiliki akses ke layanan keuangan. Selain itu, baru 20 persen masyarakat yang berusia di atas 15 tahun, memiliki rekening di institusi keuangan formal. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang 66 persen dan Thailand 73 persen.
Untuk mendorong akses keuangan melalui penetrasi jumlah akun bank di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, pihaknya tengah menggodok aturan tentang branchless banking. Saat ini proses pembentukan peraturan tersebut dalam tahap legal drafting.
"Kita jangan kalah dengan Tiongkok yang penetrasi akun banknya mencapai 90 persen dari total penduduk. Atau di Bangladesh yang memiliki lebih dari 100 ribu agen (branchless banking)," terangnya.
Advisory Board Chairman Mandiri Institute Darmin Nasution menyatakan, akses layanan keuangan yang rendah menyebabkan konstribusi sektor finansial pada pertumbuhan ekonomi Indonesia juga rendah. Hal ini terlihat dari rasio kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 36 persen. Masih jauh dibandingkan Malaysia 122 persen, dan Thailand 103 persen. Sedangkan rasio simpanan atas PDB tercatat 39 persen, lebih rendah ketimbang Malaysia yang 147 persen.(gal/oki)