Bantah Gibran, Said Abdullah Tegaskan tidak Ada Swasembada Beras di Masa Jokowi
Meski terdapat kebutuhan untuk menutup pasokan beras bila terjadi gagal panen, tetapi data BPS menunjukkan produksi gabah kering giling (GKG) pada 2023 berpotensi lebih tinggi dibandingkan 2022. Capaian GKG per Oktober 2023 mencapai 53,63 juta ton, sementara capaian sepanjang 2022 tercatat 54,75 juta ton.
Di samping itu, produksi beras pada 2022 sebanyak 31,5 juta ton, dan periode Januari-Oktober 2023 mencapai 30,9 juta ton, yang menunjukkan masih ada peluang perubahan data produksi beras sampai Desember 2023.
“Jadi, sangat tidak tepat kalau El Nino dijadikan rujukan untuk mengungkapkan kebutuhan impor beras dengan skala masif, terbesar dalam sejarah republik ini berdiri. Saya melihat ada indikasi ketidakwajaran dalam hal besarnya volume impor beras pada tahun 2023,” kata Said.
Dia berharap para kandidat capres dan cawapres dapat menyajikan data yang jujur saat ajang kontestasi politik. Terlebih dalam konteks beras, komoditas tersebut merupakan makanan pokok sehingga menyangkut hajat hidup orang banyak.
Oleh sebab itu, lanjut dia, urusan beras, data dan kebijakannya jangan dijadikan komoditas politik elektoral, apalagi jika disampaikan dengan tidak jujur tentu hal itu tidak baik.
"Bagi pemimpin, berani jujur itu bukan kehebatan, tetapi keharusan, sebab kata-kata dan perbuatannya berpengaruh luas kepada rakyat,” katanya.
Sebelumnya, Gibran Rakabuming Raka mengeklaim bahwa Indonesia sebenarnya sudah swasembada beras sejak 2019 hingga 2022.
“Karena ini masalah pangan impor, 2019 sampai 2022 kita sebenarnya sudah swasembada beras. Tahun 2023, kita ada impor karena El Nino. Ini juga terjadi di belahan dunia,” kata Gibran, saat debat keempat Pilpres 2024, Minggu (21/1). (antara/jpnn)