Banyuwangi Dukung Pengentasan Kemiskinan Ala Oxford
jpnn.com - JAKARTA – Penerapan Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) dinilai relevan untuk menyelesaikan masalah sosial-ekonomi masyarakat secara komprehensif. Metode IKM di Indonesia sendiri diperkenalkan di Balai Jakarta, Rabu (10/2) di Jakarta.
Pengukuran indeks ini didorong oleh lembaga Perkumpulan Prakarsa di mana modelnya digawangi Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI), Universitas Oxford, Inggris.
Nah IKM pun bisa menjadi salah satu metode pengukuran kemiskinan untuk melengkapi metode yang selama ini telah digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, IKM tidak hanya melihat kemiskinan dari dimensi ekonomi atau pendapatan saja.
Lebih jauh dari itu, ada tiga dimensi lain yang diukur, yaitu dimensi pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup. Di dalamnya ada berbagai indikator, mulai dari kepemilikan aset, tingkat pendidikan, akses pendidikan prasekolah, hingga sanitasi.
”IKM saya lihat cukup kompleks, namun relevan dalam memotret problem daerah, terutama untuk kabupaten yang problemnya relatif lebih rumit dan kompleks. Jadi IKM ini bisa kita jadikan bekal berbarengan dengan pengukuran dari BPS. Ini menjadi tantangan bagi kepala daerah untuk lebih giat lagi, mengingat dimensi pengukuran kemiskinan menjadi semakin luas,” ujar Anas saat dihubungi, Kamis (11/2).
Metode IKM di Indonesia sendiri diperkenalkan di Balai Jakarta, kemarin (10/2) di Jakarta. Pengukuran indeks ini didorong oleh lembaga Perkumpulan Prakarsa di mana modelnya digawangi Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI), Universitas Oxford.
Anas yang hadir dalam pengenalan IKM itu mengatakan, data sangat penting dalam penyusunan program pembangunan.