Barcelona Ancam Deklarasi, Madrid Bahas Pencabutan Otonomi
jpnn.com, MADRID - Seharusnya krisis antara Spanyol dan Catalunya berakhir kemarin, Kamis (19/10). Itu jika Carles Puigdemont, pemimpin tertinggi Catalunya, menuruti permintaan Madrid untuk membatalkan hasil referendum.
Faktanya, Puigdemont malah menantang Perdana Menteri (PM) Mariano Rajoy dengan ancaman. Akibatnya, Spanyol dan Catalunya terseret dalam krisis yang semakin dalam.
”Jika pemerintah (pusat, Red) terus-menerus menghindari dialog dan melanjutkan represi terhadap kami, parlemen Catalunya tak punya jalan lain, kecuali mendeklarasikan kemerdekaan,” ancam Puigdemont ketika berpidato di hadapan pendukungnya di Barcelona kemarin.
Deklarasi kemerdekaan bukan hal yang menyalahi aturan. Sebab, Catalunya punya bukti kuat yang menggambarkan keinginan rakyat untuk merdeka. Yakni hasil referendum.
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi Spanyol memutuskan bahwa referendum Catalunya ilegal. Karena itu, Catalunya harus membatalkan hasil referendum yang membuat Madrid murka tersebut.
Namun, Puigdemont dan aktivis-aktivis lain bergeming. Mereka menyebut kemenangan kubu si alias ya sebagai perwujudan keinginan rakyat dan tidak akan mengubahnya.
Sejauh ini, menurut tokoh 54 tahun itu, Catalunya hanya menunda deklarasi kemerdekaan. Sebab, satu-satunya yang Puigdemont inginkan adalah bernegosiasi dengan Madrid soal nasib Catalunya.
”Tapi, penundaan tidak akan berlangsung selamanya,” kata Puigdemont, yang menyayangkan tanggapan dingin Madrid terhadap ajakan dialog.
Bagi Rajoy, sikap Puigdemont adalah bentuk ketidakpatuhan Catalunya. Karena itu, Madrid berencana membahas pembangkangan tersebut dalam rapat kabinet. Madrid menjadwalkan rapat darurat itu besok, Sabtu (21/10).