Baru Sebulan Berdiri, Hancur Dihantam Roket
Onim sempat terkendala dana saat ingin mendirikan rumah belajar Alquran. Namun, Tuhan membukakan jalan dengan mempertemukannya ke seseorang bernama Sunaryo Adhiatmoko, ketua Yayasan Daqu yang berada di bawah bimbingan Ustad Yusuf Mansur. ’’Beliau tanya apa program saya di Gaza. Saya bilang saja punya niat mendirikan rumah tahfidz. Alhamdulillah, dalam hitungan minggu keinginan saya direalisasikan,’’ ujarnya.
Program awal Onim adalah mengambil alih markas tahfidz di salah satu Masjid Umari di Jabalia, Gaza Utara. Di masjid tersebut ada markas tahfidz, tapi tidak ada yang membiayai empat pengajarnya. Onim pun mengambil alih dengan jumlah murid 70 anak. Terakhir sebelum dirudal, murid Onim di Graha Daqu bertambah menjadi 180 anak.
Pihak Daqu membantu membangunkan gedung tiga lantai. Sementara itu, tanah untuk gedung tersebut dibeli sendiri oleh Onim seharga Rp 640 juta. Pembangunan rumah itu dimulai 31 September 2013 dan selesai Juni 2014. Sayang, sebulan kemudian bangunan tersebut hancur dihantam roket Israel.
Graha Daqu terdiri atas tiga lantai. Yakni, ruang bawah tanah, lantai dasar untuk aktivitas menghafal Alquran, dan lantai atas untuk tempat tinggal Onim. ’’Kabar duka saat di Graha Daqu dirudal saya sampaikan ke masyarakat di Indonesia. Saya meminta maaf dan berharap mereka bersabar,’’ ujarnya.
Dia berharap uluran tangan para donatur agar suatu saat membangun kembali Graha Daqu di lokasi baru. Butuh dana sekitar dua Rp 2 miliar untuk membangun di lokasi yang sama. Sementara itu, kalau harus membeli tanah di lokasi baru, biayanya lebih besar. Sekitar Rp 10 miliar. ’’Meski daerah konflik, harga tanah di Gaza sangat mahal,’’ jelas Onim.
Selain memikirkan membangun kembali tempat belajar mengaji, Onim tengah menanti kelahiran anak keduanya. Istrinya tengah mengandung anak laki-laki. Dia sudah menyiapkan nama. Yakni, Ismail Nusantara Onim. ’’Ismail itu nama ayah saya. Nusantara itu biar kami ingat terus NKRI dari Sabang sampai Merauke,’’ ujarnya. (*/c10/ca)