Basarah: Menwa Pelopor Gerakan Kampus Benteng Pancasila
jpnn.com, BANDAR LAMPUNG - Ketua Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Ahmad Basarah mengatakan pemuda dalam sejarah bangsa dan negara Indonesia memiliki peran strategis.
Sebagai sebuah bangsa, tonggak sejarahnya adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sedangkan sebagai sebuah negara bangsa, maka bisa melihat bagaimana peran strategis para pemuda dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tidak berhenti di sini, pemuda juga turut andil dalam upaya mempertahankan NKRI dari rongrongan pemberontakan di dalam negeri pada awal kemerdekaan.
"Hal itu membuktikan bahwa pemuda tidak boleh absen dalam upaya mengawal negara, khususnya dalam memastikan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang cocok dan sesuai dengan kepribadian bangsa yang harus terus dilestarikan," kata Basarah, pada pidato penutupan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di hadapan Resimen Mahasiswa se-Provinsi Lampung, Minggu (8/10).
Basarah melanjutkan, bangsa Indonesia saat ini menghadapi dua gelombang persaingan ideologi dunia atau transnasional yaitu fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama.
Realitanya, pemuda Indonesia kini menjadi korban dari gaya hidup konsumtif dan hedonis yang ditawarkan oleh kaum liberalisme sebagai pendukung utama fundamentalisme pasar. Sementara di sisi yang lain, kaum fundamentalisme agama telah berhasil merekrut anak-anak muda Indonesia untuk menjadi pelaku terorisme.
"Untuk itulah, MPR menyosialisasikan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI seperti Pancasila, UUD NRI tahun 1945 dan Tap MPR, NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika ke seluruh penjuru Indonesia termasuk kalangan pemuda dan pelajar, agar mereka memiliki daya tahan ideologis menghadapi infiltrasi ideologi-ideologi asing," teran Basarah.
Anak-anak muda Indonesia agar hati-hati dengan praktik politik devide et impera, politik adu domba. "Jangan salah menganalisa musuh bangsa. Musuh adalah kelompok yang hendak mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi-ideologi lainnya. Sehingga, sangat tidak tepat jika memusuhi saudara-saudara sebangsa hanya karena berbeda suku, agama, ras dan golongannya. Salah satu ancaman besar terhadap generasi muda Indonesia adalah bentuk-bentuk gerakan radikalisme agama yang masuk ke lingkungan kampus dengan menawarkan paham-paham yang tidak sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Seluruh elemen masyarakat harusnya sudah meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya ini, tutur mantan aktivis GMNI ini," katanya.