Batu Akik Itu Bukan Beras yang Dibutuhkan Terus
"Untuk apa lagi mau beli kalau sudah ada, saya saja di rumah hampir semua daerah ada jenis batunya itu, di manapun saya dengar ada yang unik saya langsung pesan, sekarang sudah ada jadi untuk apalagi," katanya.
Kehadiran batu akik di tengah-tengah masyarakat dinilai sebagai tren sesaat saja. Karena itu ia mengimbau kepada warga yang menggantungkan hidupnya pada bisnis batu akik untuk segera mencari mata pencaharian lain. Jika tidak maka mereka akan gulung tikar pada waktunya nanti.
"Batu akik itu bukan beras yang dibutuhkan terus oleh masyarakat, jadi biar kita beli berapa tetap akan habis. Nah kalau batu akik orang-orang kan sudah bosan, sudah jarang yang pake di tangannya, paling hanya jadi hiasan si rumah saja ," tambahnya.
Sementara Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Kendari, Nahwa Umar mengaku sudah memberikan perhatian lebih kepada para pedagang batu akik dengan menyiapkan lahan khusus di Pasar PKL. Disana para pedagang tidak dimintai biaya apapun selaian retribusi Rp5000 perhari. "Kalau waktu di MTQ itu mereka malah membayar sampai puluhan ribu per harinya, jadi kita bantu mereka dipindah di Paddys Market. Itu juga demi melindungi kawasan umum kita," katanya.
Terkait omset mereka yang turun drastis Nahwa menilai itu sebuah konsekuensi perdagangan. "Rezeki orang itu kan sudah ada yang atur, berusaha saja, kita sangat mendukung sebenarnya," tambahnya. (*)