Beda Pak Harto dan Jokowi di Mata Yusril
Semua naskah yang dikirim ke rumah Soeharto pada sore hari, kata Yusril, besoknya sudah dikembalikan ke Sekneg via ajudan.
"Yg mau ditandatangan sdh ditandatangani. Yg belum ditandatangan ada catatan atau disposisi Pak Harto yg perlu segera ditindaklanjuti mensesneg. Dari disposisi itu kami tahu bahwa Pak Harto memang membaca semua naskah yg disampaikan ke beliau seblm ditandatangani," ujar Yusril di twitter.
"Bahkan laporan intelejen yg tiap hari masuk, semua dibaca pak Harto. Ada coretan2 pd laporan itu dan ada pertanyaan serta komentar beliau. Pidato terakhir Pak Harto tgl 21 Mei 1998 pun pak Harto panggil saya ke kamarnya dan bertanya tentang sesuatu sblm beliau bacakan," tandas Yusril.
Sosok yang kini lebih dikenal sebagai kuasa hukum kubu Aburizal Bakrie dalam konflik Partai Golkar itu menilai, sebagai presiden, Pak Harto sangat teliti, hati-hati dan tidak pernah segan untuk bertanya.
"Saya waktu itu "anak kecil" mnrt istilah Pak Moerdiono," sebut Yusril.
Kini, Yusril menganggap Jokowi juga seharusnya cermat, hati-hati dan tidak segan-segan bertanya agar tidak salah teken naskah.
"Kalau salah teken bisa repot Pak," pungkas Yusril. (adk/jpnn)