Bedah Buku Biografi Gus Yahya, Mengupas Hal Menarik Sejak Lahir
“Gus Mus mengisahkan kepada Gus Yahya bahwa ayah Gus Yahya, kakak dari Gus Mus Kiai Cholil juga memiliki hubungan yang kaku dengan ayahnya, Kiai Bisri. Ketika kiai Bisri wafat, Kiai Cholil adalah yang paling syok di antara anak-anak yang lain,” ujar Septa.
Oleh sebab itu sejak mendengar kisah tersebut dari Gus Mus, Gus Yahya memberanikan diri untuk berinteraksi dengan ayahnya hingga akhirnya menjadi baik dan menjadi akrab.
Gus Mus, kata Septa, juga berperan penting dalam menghubungkan Gus Yahya dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Berkat interaksinya dengan Gus Dur baik secara formal saat menjadi juru bicara Kepresidenan saat Gus Dur menjadi Presiden maupun sebelumnya, telah memberikan kontribusi pemikiran yang cukup luas dan matang.
“Kalau kita lihat peran beliau (Gus Yahya) di dunia internasional itu juga banyak peran dari pamannya (Gus Mus) yang banyak memberikan ruang itu, dan juga berjasa besar dalam menghubungkan beliau dengan Gus Dur dan belakangan intensitas beliau berinteraksi dengan Gus Dur. Di sini sebetulnya ada fase penting dalam kehidupan Gus Yahya dimana ada intensitas interaksi beliau dengan Gus Dur ini yang menghasilkan apa yang kita kenal apa yang kita lihat dalam sosok Gus Yahya,” bebernya.
Di sisi lain, Septa menerangkan alasannya menulis biografi seorang Gus Yahya karena kakak kandung dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu merupakan sosok yang menarik sebagai penerus pemikiran Gus Dur.
“Gus Dur pernah berkunjung ke Israel dan beliau (Gus Yahya) adalah orang kedua setelah Gus Dur ini bukan sembarang orang yang berkunjung Israel ini. Sempat saya juga membaca makalah beliau saat beliau melakukan presentasi di Kuala Lumpur di Islamic Liberty Forum saya kira sosok seperti ini kosong di NU dan beliau bisa mengisi kekosongan itu,” ucapnya.
Menurut Septa, melihat pemikiran-pemikiran Gus Yahya dari beberapa buku yang ditulisnya, memiliki pisau analisis yang luar biasa tajam.