Begini Sikap Peneliti Formappi Terkait Kericuhan di DPD
jpnn.com, JAKARTA - Terpilihnya Oesman Sapta Odang sebagai ketua DPD mendapat sorotan dari sejumlah pihak. Salah Satunya Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus.
Lucius khawatir, dengan OSO menempati kursi ketua DPD, ada problem etis yang muncul bersama ancaman konflik kepentingan. Pasalnya, senator asal Kalimantan Barat itu saat ini masih mengemban tugas sebagai wakil ketua MPR sekaligus ketua umum Partai Hanura.
"OSO sekaligus menjabat pimpinan DPD dan MPR, maka hal itu berpeluang disalahgunakan untuk kepentingan dia yang lain, baik sebagai pribadi maupun partainya," ucap Lucius kepada JawaPos.com, Selasa (4/4).
Kemudian, lanjut dia, jika nanti Oso berhasil membuktikan legitimasi kursi barunya sebagai pimpinan DPD, masalah lain juga muncul yakni soal politisasi di lembaga tersebut. DPD dengan diisi oleh orang parpol hampir pasti akan menutup pintu perwakilan mereka dari daerah asal masing-masing.
Menurutnya, tidak ada harapan lagi suara daerah diperjuangkan lagi oleh DPD karena sebagai politisi, orientasi mereka serentak berubah. Di parpol, kekuasaan merupakan sesuatu yang harus dikejar. Parpol didirikan untuk mengejar kekuasaan itu. Dalam mengejar kekuasaan, politisi parpol cenderung akan asyik sendiri tanpa memedulikan rakyat atau daerah yang diwakili.
"Jika tak ada penolakan untuk kondisi parpolisasi DPD ini artinya memang sudah saatnya meneriakkan pembubaran DPD. Tak ada gunanya lagi jika lembaga perwakilan daerah ini malah diisi oleh politisi partai," tegas Lucius.
DPD katanya, akan menjadi serupa dengan DPR yang diisi oleh perwakilan parpol. Jika DPD dan DPR sama-sama berisikan orang parpol, maka jalan keluarnya adalah singkirkan yang lemah dan tak berdaya yaitu DPD.
“Karena membuang energi saja mempertahankannya sementara mereka hanya sibuk meraih kekuasaan semata," pungkas Lucius.(dna/JPG)