Bekas Feri Cepat, Ditembak karena Boros Bahan Bakar
Selain menanamkan kecintaan terhadap potensi bahari maupun maritim, KRI Karang Banteng adalah simbol kemewahan untuk ukuran sebuah kapal perang. Bagi komandan kapal, Kapten Laut (P) Dita Ariyanugroho, kapal yang baru dirinya awaki medio Januari 2014 tersebut sejatinya sangat laik layar.
’’Kondisi interior seperti kursi-kursi, kabinet, dan lemari masih bagus. Life-raft (pelampung keselamatan) di kapal ini seperti yang dipasang di pintu-pintu pesawat terbang,’’ jelas Dita.
KRI Karang Banteng juga sudah menerapkan sistem pemadaman sentral otomatis dengan menggunakan smoke detector. Tidak perlu pemadaman manual dengan menggunakan CO2 portabel seperti yang diterapkan di kapal-kapal lama.
Begitu pula sistem kemudi. Kapal yang diresmikan pada era KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto itu sudah memakai joystick, mirip permainan di arena ketangkasan. Bukan kemudi kapal lingkaran sebagaimana umumnya.
KRI Karang Banteng sebenarnya masuk daftar cadangan kapal yang dispose (dihapus sebagai aset negara). Sedianya kapal yang hendak dijadikan sasaran tembak adalah KRI Tanjung Fatagar. Kapal angkut personel hibah dari PT Pelni yang sebelumnya bernama KM Rinjani.
Dita merasa kaget karena keputusan berubah dari Tanjung Fatagar ke Karang Banteng pada 14 April lalu. ’’Pasti ada kesedihan. Tapi, sebagai prajurit, kami sebatas melaksanakan perintah,’’ ujarnya.
Ya, kenangan boleh ikut tenggelam di dasar laut. Tapi, semangat keprajuritan tidak bisa lenyap. Apalagi KRI Karang Banteng memang menjadi ’’martir’’ untuk unjuk kebolehan seluruh prajurit TNI yang sedang berlatih mengawal ibu pertiwi. (Suryo Eko Prasetyo/c7/dos)