Belajar di Rumah: 6 Contoh Pengaduan Siswa ke KPAI, Bikin Sedih
Kedua, ada pengadu menceritakan kalau teman-temannya datang ke rumahnya karena tidak memiliki cukup kuota untuk mendengarkan pembelajaran dari gurunya.
“Akhirnya, jadi bertemu banyak orang juga. Padahal niatnya merumahkan anak-anak agar tidak berkontak dengan banyak orang, yang justru terjadi malah terpaksa belajar berkelompok karena masalah kuota dan akses internet,” ujar Retno.
Ketiga, pengadu lain menyampaikan bahwa anaknya sudah berada di depan laptop pukul 06.00 karena ada gurunya yang akan menyampaikan tugas pada jam tersebut. Sementara tugas-tugas lain datang kemudian dan deadline-nya pendek.
“Akibatnya sang anak bahkan tak sempat sarapan dan baru makan jam 13.00 wib. Sang ibu khawatir hal tersebut malah menurunkan imun anaknya gegara lelah dan telat makan.”
Keempat, ada orang tua menyampaikan bahwa anaknya masih SD kelas 3 tetapi setiap hari dapat soal yang harus dikerjakan antara 40-50 soal.
Kelima, seorang siswa kelas VII SMP menyampaikan bahwa pada Selasa (17/3), dia mengerjakan soal dari jam 07.00 pagi hingga pukul 17.00 WIB. Saat dia hitung total yang dia kerjakan mencapai 255 soal.
“Pak/Bu, maaf mengganggu. Saya hanya ingin mengeluh sedikit, semenjak adanya belajar online kami dituntut mengerjakan tugas yang waktu pengumpulannya tidak efektif. Apalagi setelah sekolah saya membagikan rapot dan para guru' memberikan tugas yang cukup banyak 13 pelajaran 13 LKS (Lembar kerja siswa) harus diisi semua dalam 2 minggu, setelah 2 minggu adanya pemberitahuan belajar online itu membuat tugas kita bertambah dan tidak wajar pak/bu. Ini sistemnya lebih parah daripada masuk sekolah, sekolah hanya masuk dari senin-jumat saja kalo ini bisa sampai minggu dan bisa merebut liburan kita,” urai seorang siswa pengadu.
Keenam, ada siswa yang tensinya sampai naik gegara banyak tugas dan harus menggunakan telepon genggam mengerjakannya.