Belanda Budiman
Oleh: Dahlan IskanDi Belanda, jauh di timur Amsterdam, Budiman tumbuh normal. Di desa Gorssel, kota kecil Lochem, provinsi Gelderland.
Budiman pun masuk sekolah di sana. Dari SD sampai SMA. Dengan sosok yang tetap berbeda di kelasnya: kulit cokelat. Hanya tinggi badannya tidak kalah dengan rata-rata orang Belanda: kini 180 cm. Itu mungkin berkat protein yang cukup di masa pertumbuhannya.
Tapi dengan kulit cokelatnya, Budiman tetap merasa aneh sendiri. Lalu bertanya pada orang tua: siapa dirinya. Saat itu umur Budiman baru 7 atau 8 tahun.
"Orang tua saya sebenarnya sejak lama ingin menjelaskan semuanya. Sebelum saya tanya itu. Tapi saya masih dianggap terlalu kecil," ujar Budiman –yang sampai sekarang masih belum bisa berbahasa Indonesia.
Setelah diberi tahu itu ia pun mulai terusik untuk mencari tahu siapa ibu yang melahirkannya. Ia tidak sendirian. Banyak yang seperti Budiman. Sekitar 3.000 bayi yang senasib dengan Budiman di Belanda.
Mereka pun saling kontak. Lewat yayasan khusus yang membantu mencari silsilah: Yayasan Mijn Roots.
Banyak sekali anak adopsi yang berhasil menemukan orang tua asli.
Di akhir tahun 1970-an berita adopsi memang sangat marak di Indonesia. Saya sendiri pernah menugaskan wartawan untuk melakukan investigasi.