Belanda Budiman
Oleh: Dahlan IskanBerhasil.
Ditemukanlah satu lembaga yang dekat dengan gereja. Di Pandaan. Yakni kota kecil antara Surabaya-Malang. Di situ ada panti penampungan bayi. Orang Belanda bisa datang ke panti itu. Ratusan bayi di situ –menunggu diadopsi.
Dari hasil investigasi itu diketahui: mereka adalah campuran. Sebagian dari mereka adalah bayi hasil hubungan gelap. Sebagian lagi bayi dari keluarga yang sangat miskin.
Ada seorang ibu yang mengaku seperti ini: ''lebih baik anak saya diadopsi. Agar masa depannya lebih baik. Daripada ia melanggengkan kemiskinan keluarga kami".
Zaman itu ekonomi Indonesia memang belum semaju sekarang. Industrialisasi pun baru dimulai. Banyak wanita muda pindah ke kota. Cari kerja. Di pabrik-pabrik. Dengan segala risiko guncangan jiwa. Termasuk risiko kemudaan mereka.
Itulah zaman pancaroba sosial. Dari ekonomi miskin di pedesaan ke ekonomi industri di kota. Dari desa ke kota. Dari kultur desa ke kultur urban. Dari banyak kekangan ke kebebasan.
Bayi-bayi gelap tadi adalah salah satu konsekuensinya.
Lembaga penampung bayi itu sendiri merasa sedang mengerjakan kemuliaan: mengatasi problem bayi yang harus dibuang di pinggir jalan. Atau di toilet. Di mana saja.